Catatan Perjalanan ke Ranu Kumbolo (Bagian 2): Bermalam di Ranu Kumbolo

Begitu sampai Ranu Pani kami langsung mengurus SIMAKSI. Walaupun sudah mendaftar online, kami masih perlu mengisi formulir pendakian, termasuk mengisi daftar barang bawaan.

Namun, ada prosedur baru yang saya temui dalam pendakian Semeru kali ini. Sebelum SIMAKSI disahkan, calon pendaki diwajibkan untuk mengikuti briefing yang diadakan pihak Taman Nasional.

perizinan semeru

Mengurus SIMAKSI pendakian Semeru

Semua calon pendaki dikumpulkan dalam sebuah aula yang terletak di belakang kantor tempat registrasi. Di sana kami mendengarkan pengarahan dari mas-mas utamanya mengenai kondisi medan pendakian. Beliau menjelaskan mengenai hal-hal yang harus menjadi perhatian pendaki sepanjang jalur pendakian, mulai dari Pos 1 hingga puncak Gunung Semeru.

Beberapa hal dari briefing tersebut yang menarik perhatian saya di antaranya:

  • Setelah beberapa bulan pendakian ditutup, ditemukan jejak Macan Tutul berkeliaran di beberapa tempat. Di antaranya adalah di Watu Rejeng, Jambangan, dan Sumber Mani. Khusus Sumber Mani, mata air ini juga menjadi mata air yang sering menjadi jujugan hewan-hewan penghuni Semeru untuk meminum air, khususnya saat malam hari.
  • Di Pos 1, Ranu Kumbolo, dan Kalimati telah dibangun jamban semi permanen untuk buang air besar. Terbuat dari bahan seng dengan lubang menganga di bagian bawah yang cukup dalam.
  • Tanaman bunga berwarna ungu yang ada di Oro-Oro Ombo bukanlah bunga lavender yang selama ini dipahami oleh kebanyakan pendaki. Bunga tersebut bernama Verbena Brasiliensis. Walaupun terlihat cantik, tapi sebenarnya adalah tanaman pengganggu yang sifatnya invasif yang dapat mengancam populasi tanaman yang lain. Verbena ini banyak menyerap air. Pihak Taman Nasional sendiri kesulitan untuk mengontrol populasi Verbena ini, sehingga menyarankan para pendaki untuk ikut mencabutnya. Hanya saja perlu berhati-hati saat membawanya agar bijinya tidak jatuh dan semakin menyebar di tempat lain di Semeru ini.
  • Pihak Taman Nasional menegaskan bahwa pendakian hanya diizinkan hingga Kalimati saja. Lewat dari Kalimati bukan menjadi tanggung jawab pihak Taman Nasional. Namun, mas tersebut tetap menjelaskan “jalur yang benar” seandainya para pendaki masih tetap memaksakan diri untuk naik ke puncak. Beliau menyebutkan untuk mewaspadai area yang dikenal dengan Blank 75. Kasus pendaki tersesat yang biasa kita dengar di berita itu umumnya karena mereka masuk ke area ini saat turun ke Kalimati sehingga mengalami disorientasi arah. Beliau juga mengingatkan untuk menghindari jalur aliran lahar karena berpotensi longsor dan jatuhnya bongkahan batu di atas kita.

Hampir 1 jam kami mendengarkan briefing oleh pihak Taman Nasional. Suasana briefing berlangsung cair karena mas-mas yang menyampaikan tak jarang menyelipkan joke-joke yang membuat para calon pendaki tertawa.

briefing pendakian semeru

Suasana briefing

Setelah briefing, mas-mas dari pihak Taman Nasional ini menginspeksi satu-satu barang bawaan tiap kelompok sebelum mengesahkan SIMAKSI. Mereka utamanya ingin memastikan bahwa kita membawa sleeping bag, memakai sepatu, dan tidak membawa senjata tajam seperti golok karena dikhawatirkan akan digunakan untuk memotong kayu (untuk membuat api unggun).

Salah seorang pendaki yang ketahuan tidak membawa sleeping bag, tidak disahkan SIMAKSI-nya sampai dia mendapatkan sleeping bag pinjaman. Untungnya di dekat kantor Taman Nasional Ranu Pani ini ada tempat persewaaan perlengkapan pendakian.

Usai urusan SIMAKSI beres, saya dan Listi melaksanakan sholat jama’ Dhuhur dan Ashar di mushola dekat kantor. Lalu kami makan siang di warung sebelum berangkat pendakian.

Waktu telah menunjukkan pukul 13.15 ketika kami meninggalkan Ranu Pani untuk memulai pendakian. Di pintu gerbang jalur pendakian ada petugas yang memeriksa SIMAKSI para pendaki. Ini hal baru juga. Dua pendakian saya sebelumnya tidak pernah ada pemeriksaan seperti ini.

Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan 3 jam, akhirnya kami melihat juga Ranu Kumbolo di hadapan. Cuaca Semeru sore itu memang cukup berkabut. Mungkin karena habis hujan juga.

Di kejauhan tampak warna-warni tenda yang telah didirikan. Ramai juga ya. Maklum, saat itu memang lagi liburan long weekend.

memandang ranu kumbolo

Memandang Ranu Kumbolo

Kami duduk-duduk santai dulu di tebing sambil memandang Ranu Kumbolo. Kami membicarakan agenda kami bagaimana berikutnya. Awalnya niat kami dalam pendakian Semeru kali ini adalah sampai Puncak Mahameru. Namun itu dengan perhitungan kami sudah harus mulai mendaki dari Ranu Pani jam 10 pagi. Rencana itu goyah karena kami baru mendaki pukul 13.15, karena menunggu Listi mengurus surat keterangan sehat dulu di Tumpang.

Kami menghitung-hitung berdasarkan pengalaman sebelumnya (baca ceritanya di sini), perjalanan Ranu Kumbolo-Kalimati kurang lebih 3,5 jam. Namun, perjalanan bisa menjadi molor kalau mendaki di malam hari. Jadi seandainya kami berangkat pukul 17.00 dari Ranu Kumbolo perkiraan sampai adalah 23.00 di Kalimati. Lalu summit attack biasanya dimulai sekitar pukul 12 malam. Kami nggak yakin fisik kami sanggup untuk perjalanan marathon tanpa istirahat seperti itu.

Akhirnya kami memutuskan untuk merelakan Puncak Mahameru pada pendakian kali ini. Kami ingin lebih menikmati pendakian ini. Jadilah kami bermalam di Ranu Kumbolo saja. Dan mengingat hari Senin kami sudah harus turun, rasanya waktu juga tidak memungkinkan jika memaksakan sampai Puncak Mahameru.

Kami kemudian turun ke Ranu Kumbolo. Kami mendirikan tenda di area dekat shelter. Malam itu kami memang benar-benar bersantai saja di Ranu Kumbolo. (bersambung)

Pemandangan Ranu Kumbolo di depan tenda

Pemandangan Ranu Kumbolo di depan tenda

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s