Kemarin Jumat tanggal 12-12-2014 merupakan Hari Belanja Online Nasional atau yang biasa disingkat dengan Harbolnas. Tahun ini adalah pelaksanaan yang ketiga kalinya sejak pertama pada tahun 2012. Lebih lanjut tentang Harbolnas, bisa dibaca di Wikipedia pada link ini.
Di beberapa negara lain sebenarnya ada perayaan semacam ini, seperti Black Friday dan Cyber Monday yang diadakan saat momen Thanksgiving. Namun, hanya Cyber Monday yang memang dikhususkan untuk mempersuasi orang berbelanja online.
Lalu kenapa sih ada event-event seperti itu. Nggak rugi apa mereka yang jor-joran ngelempar “Great Deals”, “Best Buy”, dan sejenisnya untuk produk-produk yang mereka jual. Ini ada penjelasan menarik dari Dan Holliday, mantan retailer manager di Walmart, di Quora tentang “What Are the Economics Behind the Black Friday Sales?”.
Well, inti dari penjelasannya adalah dengan adanya event tersebut orang-orang akan terdorong untuk “be in that moment” karena excitement yang ditumbulkan event tadi. Biasanya muncul pemikiran di dalam hati seperti: “kapan lagi nih ada diskon segede ini”, “mumpung murah banget”, dan lain sebagainya. Jadi orang akan semakin kuat dorongannya untuk berbelanja, dan seringkali barang yang mereka beli itu sebenarnya bukan yang mereka sedang butuhkan.
Akhirnya yang terjadi adalah penjualan perusahaan meningkat. Memang profit yang dihasilkan per item lebih kecil dari biasanya. Tapi ini adalah soal meng-engage pelanggan.
Begitu mereka memiliki pengalaman yang menyenangkan berbelanja di toko X, maka ia akan cenderung untuk membeli barang berikutnya di toko X. Ketika seseorang membeli sebuah smartphone, ada probabilitas berikutnya dia akan membeli aksesoris untuk smartphone seperti earphone, soft/hard case, tongsis, dsb. Margin keuntungan dari barang-barang “kecil” seperti itulah yang persentasenya cukup besar (terhadap harga belinya).
Alhamdulillah dalam Harbolnas kemarin saya tidak membeli barang apapun hehe. Namun, saya memang sempat mengecek beberapa situs ecommerce untuk melihat diskon barang-barang apa saja yang ditawarkan.
Godaan untuk belanja (terutama online) itu selalu muncul. Apalagi Google dengan teknologi targeted ads-nya bisa mengetahui history browsing kita sering memunculkan iklan barang-barang yang kita cari. Bagaimana nggak tertarik untuk ngeklik ketika melihat harga asli dicoret, diganti harga setelah diskon. Hehehe.
Ketika melihat diskon barang yang menarik itu, perasaan ingin membeli selalu muncul. Saya tahu saya tidak sedang butuh-butuh banget saat itu. Namun, perasaan “mungkin sekarang tidak butuh, tapi suatu saat nanti pasti bakal terpakai juga, mumpung lagi murah nih” itu selalu muncul. Atau pembenaran-pembenaran lainnya di dalam hati.
Akhirnya sebelum benar-benar membeli barang, saya mencoba untuk bertanya dalam hati. Apakah barang tersebut memang sedang saya butuhkan. Apakah memang barang-barang yang sudah ada sekarang sudah tidak layak pakai sehingga harus diganti. Dan juga pertanyaan lainnya.
Well, kembali lagi ke salah satu tips untuk hidup hemat: “Belanjalah saat sedang butuh, bukan saat ada diskon”. Hehehe. 😀