Tag Archives: FOMO

Sebulan Puasa Twitter-an & Instagram-an

Hari ini tepat menginjak malam ke-30 bulan Ramadan. Hari ini menandai pula sudah sebulan saya deaktivasi akun Twitter dan Instagram saya.

Saat malam pertama bulan Ramadan kemarin, saya memutuskan untuk menonaktifkan kedua akun tersebut. Alasannya jelas, yakni untuk mengurangi waktu saya yang banyak tersita karena berselancar di kedua platform media sosial tersebut.

Terus terang, keduanya memang menjadi distraksi dalam keseharian saya. Secara alam bawah sadar, setiap ada handphone di dekat saya, sebentar-sebentar saya menggenggam HP lalu scrolling linimasa kedua media sosial itu.

Sayang sekali rasanya jika waktu saya tersita untuk hal-hal seperti itu. Padahal waktu yang ada seharusnya saya manfaatkan untuk kegiatan lain yang lebih produktif dan bermanfaat. Apalagi di momen bulan Ramadan.

Sebelum mendeaktivasi akun, saya sudah berusaha untuk mengurangi online presence saya dengan hanya melihat update dari orang-orang yang secara personal memang dekat dengan saya atau update dari akun-akun yang sifatnya informatif atau edukatif. Untuk akun-akun tersebut biasanya saya pasang notifikasi.

Tapi setelah membuka aplikasinya, tak jarang akhirnya saya kebablasan membuang waktu dengan melihat story atau post yang tidak ada relevansinya dengan saya. Kalau di Twitter, saya sering terjebak membaca sampai habis thread-thread atau twitwar yang kebetulan lagi trending.

Apa yang saya alami itu mungkin adalah indikasi dari apa yang disebut dengan fear of missing out (FOMO). Saya merasa ada yang kurang ketika tidak membaca update apa yang sedang terjadi atau dibicarakan di luar sana.

Saya mencoba merenungkan apa sebenarnya manfaat yang saya dapatkan dengan aktif di Twitter dan Instagram selain mendapatkan update dari orang lain. Ternyata tidak ada.

Tapi bukannya tidak ada sama sekali. Saya banyak mendapatkan pengetahuan baru dari berita, artikel teknologi, video tausiyah, dan lain sebagainya dari akun yang saya ikuti.

Namun sebetulnya media sosial tersebut bukanlah channel satu-satunya tempat di mana saya bisa mendapatkan konten tersebut. Saya bisa saya mendapatkan konten serupa dari tempat lain. Misalnya membuka langsung situs berita, situs teknologi, atau channel YouTube media yang bersangkutan.

Malah dengan cara seperti itu biasanya kita bisa lebih fokus membaca atau mengikuti konten tersebut karena memang kita sengaja mencarinya. Bukan karena kebetulan melihatnya sekilas melalui linimasa.

Namun malam ini saya terpaksa mengaktivasi lagi akun Twitter saya karena kebijakan Twitter yang akan menghapus akun Twitter yang telah dideaktivasi selama lebih dari 30 hari (baca di sini). Setelah itu mungkin akan saya deaktivasi lagi. Sementara untuk akun Instagram, karena tidak ada batasan waktunya, saya tidak tahu kapan akan mereaktivasi lagi.

Advertisement
Social Media

FOMO, Dilema Bermedia Sosial

Sebelumnya disclaimer terlebih dahulu, saya tidak tahu apakah kata “bermedia sosial” itu tepat dalam bahasa Indonesia. Maksudnya sih ingin menyingkat kalimat “Dilema Menggunakan Media Sosial”, hehe. Kalau tidak salah, di pelajaran bahasa Indonesia pernah diajarkan bahwa imbuhan ber- itu bisa bermakna menggunakan. 😀

Oke, masuk ke latar belakang saya memilih judul di atas. Jadi akhir-akhir ini saya berpikir bahwa bermedia sosial itu semakin melelahkan. Saya menilai terlalu banyak informasi dalam berbagai ragamnya di media sosial. Jadi dalam sekali scrolling, saya akan menjumpai banyak orang membagikan artikel dalam berbagai macam topik, baik itu kesehatan, makanan, teknologi, agama, politik, dan lain sebagainya.

Dahulu di awal kemunculannya Facebook, Twitter, dan jejaring sosial yang lainnya cenderung lebih sering digunakan untuk meng-update kegiatan atau curhatan pribadi. Bermedia sosial pun kala itu Continue reading