Category Archives: Kereta Api

Joy Trip to Padalarang

Sabtu itu aku numpang browsing artikel-artikel tentang sejarah KA Parahyangan pake internet-nya Adi. Aku tertarik dengan rute yang dilalui KA Parahyangan yang kabarnya sangat menarik dan melalui pemandangan alam yang indah. Terus terang, aku baru sekali naik KA Parahyangan dari Jakarta ke Bandung. Itu pun berangkat dari Jakarta sudah pukul 16.30. Ketika sampai di wilayah pegunungan daerah sekitar Cisaat, Cikubang, Padalarang, dsb, sudah malam hari, sehingga pemandangan di luar tidak tampak. Padahal di daerah-daerah tersebut terdapat pemandangan yang menarik seperti di Cisaat terdapat terowongan yang panjangnya sekitar 1 km dan di daerah Cikubang terdapat jembatan yang cukup tinggi dan panjang ratusan meter melintasi perbukitan.

Lalu iseng-iseng di tengah-tengah ngenet aku ngomong ke Adi, “Di, jalan-jalan ke Padalarang yok!”. Ternyata Adi pun menyambut baik ajakanku. Oke, siang itu juga kami langsung ngajak Khairul dan Kamal ikut jalan-jalan ke Padalarang naik KRD.
Dari kontrakan kami berangkat ke Stasiun Hall. KRD ekonomi ke Padalarang perjalanan berikutnya ternyata baru ada pukul 16.08. Oke, nggak masalah buat kami. Sebagai salah seorang railfan, waktu menunggu kedatangan kereta itu aku manfaatkan untuk menikmati pemandangan kereta api yang lalu lalang di Stasiun Hall. Kebetulan aku masih sempat melihat persiapan keberangkatan KA Malabar tujuan Malang. Kemudian ada juga langsiran lokomotif jenis BB yang baru saja pulang mengantarkan rangkaian KA “Argo Peuyeum” dari Cianjur.

Langsiran Lokomotif KA "Argo Peuyeum"

Langsiran Lokomotif KA "Argo Peuyeum"

Akhirnya KRD Ekonomi tujuan Padalarang tiba sekitar pukul 16.05. Gerbong satu penuh, gerbong dua penuh, … sampai akhirnya lewat entah gerbong ke berapa, dan Alhamdulillah ternyata … sepi! Langsung saja tanpa ragu kita langsung naik ke atas kereta. Tidak berapa lama kemudian KRD melanjutkan perjalanan lagi ke Stasiun Ciroyom.

Bagi temanku, Khairul, naik KRD Ekonomi ini menjadi pengalaman naik kereta pertama kali bagi dirinya. Dia berasal dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Di Sumatera Barat kereta api memang bukan angkutan massal yang populer. Kereta api di sana lebih diarahkan sebagai kereta wisata, sejauh yang aku tahu. Dia tampak menikmati perjalanan dan melampiaskan penasarannya dengan kereta api dengan berjalan-jalan di dalam kereta api.

Sampai di Stasiun Padalarang (PDL) sekitar pukul 17.00. Kami langsung Sholat Ashar di masjid di dalam stasiun tersebut. Ada yang unik di toilet di dekat masjid di dalam Stasiun PDL itu, yaitu ada tulisan “Toilet Gratis” di dekat pintu masuk toilet. Tapi di pintu kamar mandi ada tulisan lagi “Toilet Gratis Bagi Pengguna Jasa Kereta Api”. Benar saja, setelah kami keluar dari toilet kami diminta untuk menunjukkan karcis kereta kami. Untungnya karcisnya belum kami buang… 😛

Selesai sholat ternyata di jalur 2 Stasiun PDL telah stabling KA “Argo Peuyeum” yang akan melanjutkan perjalanan ke Stasiun Cianjur dari Stasiun Ciroyom. Menurut jadwal di stasiun, KA tersebut akan berangkat pukul 17.12 dari Stasiun PDL. Sebenarnya kami ingin melanjutkan perjalanan dengan kereta lagi, entah baik itu ke Purwakarta atau ke Cianjur untuk sekedar melihat pemandangan sepanjang perjalanan. Tapi berhubung ternyata sudah mendekati malam, niat itu kami batalkan dan akhirnya kami cuma jalan-jalan di sekitaran Stasiun Padalarang.

Narsis di sawah Padalarang

Narsis di sawah Padalarang

Stasiun Padalarang langsung berhadapan dengan pasar (aku kurang tahu namanya, mungkin Pasar Padalarang). Iseng-iseng jalan menembus pasar itu. Eh, nggak taunya langsung sawah saja. Akhirnya kami jalan-jalan di tengah pematang sawah. Maklum, di Bandung jarang melihat sawah :-P. Jadi teringat kampung halaman di Malang yang dekat persawahan, hehehe. Setelah melihat sawah ini, tiba-tiba jadi terpikir olehku jangan-jangan di dekat sini ada yang jual lalapan belut. Belum pernah aku menemui lalapan belut di tempat-tempat makan di sekitaran Dago. Langsung saja kami hunting tempat makan yang jualan lalapan belut. Setelah berjalan tanpa arah, bahkan sampai Kota Baru Parahyangan, ternyata tidak kami temui. Kami pun memutuskan balik ke stasiun sambil mampir ke tempat makan seadanya.

KRD Ekonomi terakhir dari Padalarang tujuan Cicalengka via Stasiun Hall Bandung berangkat pukul 19.20. Tapi, malam itu KRD datang telat. Baru masuk Stasiun PDL sekitar pukul 19.30. Kami langsung mengincar gerbong paling depan agar bisa melihat langsiran lokomotif yang akan dirangkaikan ke gerbong paling depan. Sebelum lokomotif langsir, ternyata tepat di jalur 2 telah datang KA Argo Parahyangan dari Jakarta tujuan Bandung. Setelah KA Argo Parahyangan melanjutkan perjalanan lagi, lokomotif baru bisa langsir melewati jalur 2. KRD Eknomi akhirnya berangkat sekitar pukul 19.50.

Di Stasiun Ciroyom (kalau tidak salah) lewat KA Argo Parahyangan yang sudah balik lagi ke Jakarta gambir. Wow… sepi sekali KA Argo Parahyangan malam itu. Mungkin okupansinya hanya sekitar 5-10% untuk yang kelas eksekutif. Mungkin karena faktor malam minggu ya…

Akhirnya kereta kami tiba di Stasiun Hall Bandung sekitar pukul 20.20. Di Stasiun Hall Bandung sudah tersedia rangkaian KA Harina tujuan Semarang dan KA Lodaya tujuan Solo Balapan. Kedua KA itu meruapakan KA terakhir yang akan berangkat dari Stasiun Hall Bandung ini. Kami sendiri pun langsung pulang kembali ke kosan.

Argo Gede + Parahyangan = Argo Parahyangan

Banyaknya suara masyarakat yang menyayangkan kebijakan PT KA untuk menghentikan operasional KA Parahyangan ternyata didengarkan juga oleh PT KA. Maklum, KA Parahyangan ini sudah menjadi legenda dalam dunia perkeretaapian. Ibaratnya KA Parahyangan ini adalah simbahnya jalur Jakarta-Bandung karena sudah melayani jalur tersebut sejak tahun 1971. Manajemen PT KA akhirnya tetap mengadakan KA Parahyangan tersebut. Hanya saja namanya kini mendapatkan embel-embel “Argo” di depannya karena dilebur dengan “saudara”nya yaitu KA Argo Gede.

Cukup aneh juga sebenarnya kalau namanya berubah menjadi “Argo Parahyangan” mengingat Parahyangan bukan nama gunung, sementara kata “Argo” sendiri berarti gunung. Di samping itu KA Argo biasanya hanya terdiri atas KA kelas eksekutif argo saja, tidak ada tambahan kelas lainnya. Tapi pada rangkaian KA Argo Parahyangan ini akan tersiri 4 gerbong eksekutif milik KA Argo Gede plus 2 gerbong bisinis milik KA Parahyangan.

Yang patut disyukuri adalah meskipun hasil peleburan dengan KA Argo Gede, ternyata tarif mengikuti KA Parahyangan yang lama, yaitu Rp 50.000 untuk eksekutif dan Rp 30.000 untuk bisnis. Jadwal pemberangkatan regular KA Argo Parahyangan dari Bandung sendiri menurut rencana adalah sebanyak enam kali perhari, yaitu pada pukul 05.30, 06.30, 11.30, 14.40, dan 16.30 WIB dengan satu pemberangkatan fakultatif pada malam hari (pukul 20.15 WIB).  Selain itu khusus pada hari Sabtu dan Minggu, PT KA juga akan menambah satu perjalanan pada pukul 08.45 WIB, serta satu pemberangkatan tambahan pada setiap Senin pukul 04.00 WIB  dari Bandung.

Kebijakan PT KA ini jelas disambut gembira oleh masyarakat Bandung atau Jakarta yang biasa menggunakan KA Parahyangan terutama pelanggan kelas bisnis karena kebutuhannya akan terakomodasi dengan adanya KA Argo Parahyangan ini. KA Argo Parahyangan ini akan resmi beroperasi tanggal 27 April 2010 besok. Jadi hari ini, 26 April 2010, adalah kesempatan terakhir bagi pecinta KA Parahyangan dan KA Argo Gede untuk menaikinya.

PT KA Luncurkan Kereta Api Malabar Malang-Bandung PP

Terhitung sejak 30 April 2010 nanti, PT KA akan resmi mengoperasikan kereta api jurusan Bandung-Malang. Kereta Api yang diberi nama KA Malabar (kepanjangan dari Malang-Bandung Raya) ini akan menggunakan rangkaian kereta api bekas KA Parahyangan jurusan Bandung-Jakarta Gambir yang akan dihentikan operasinya tanggal 27 April 2010. Kabarnya, KA Parahyangan dihentikan karena rendahnya okupansi kereta tersebut sehingga PT KA terus merugi pada trayek tersebut. Sebelum memutuskan untuk mengubah relasi Jakarta Gambir-Bandung menjadi relasi Malang-Bandung, PT KA melakukan polling terlebih dahulu pada website resminya, dan ternyata lebih dari 90% peserta polling menyetujui rencana relasi Bandung-Malang itu. Oiya, sedikit out of topic, nama Malabar yang dipilih sebagai nama kereta api Bandung-Malang ini mengingatkanku kepada nama sebuah hutan kota di Kota Malang yang letaknya di dekat jalan Ijen.. 😀

Kembali lagi. Nah, tentunya berita ini akan menjadi kabar gembira bagi warga Malang dan sekitarnya yang ingin bepergian ke Bandung, dan juga sebaliknya. Bagi pecinta kereta api seperti aku ini tentunya sangat menyambut baik dengan adanya kereta api langsung jurusan Malang-Bandung PP. Sebelumnya aku dan sebagian teman mahasiswa asal Malang yang berkuliah di Bandung biasa menggunakan jasa KA Mutiara Selatan untuk pulang kampung ke Malang, turun di Jombang kemudian oper bus Puspa Indah ke Malang.  Alternatif lainnya naik KA Mutiara Selatan turun di Surabaya oper KA Malang Ekspres (sekarang sudah dihapuskan) atau KA Ekonomi Penataran Surabaya-Malang. Pernah juga sekali-kali naik yang KA Turangga (eksekutif). Kalau mau yang jauh lebih murah, naik KA Ekonomi Kahuripan (Rp 35.000) turun di Kediri oper bus Puspa Indah (Rp 18.000) ke Malang. Tetapi yang repot itu kalau mau pergi ke Bandung-nya. Capai juga kalau harus ke Surabaya atau Jombang dulu untuk naik kereta api ke Bandung. Makanya dengan adanya kereta langsung Bandung-Malang PP ini tentu akan sangat menguntungkan.

Menurut rencana KA Malabar ini akan berangkat dari Bandung pukul 15.30 dan tiba di Malang pukul 8.11. Sebaliknya, berangkat dari Malang pukul 15.30 dan sampai di Bandung pukul 8.37.

KA Malabar ini rencananya akan tersusun atas 2 gerbong eksekutif, 3 gerbong bisnis, 2 gerbong ekonomi plus, dan 1 gerbong barang (mungkin untuk jasa titipan paket). Aneh juga komposisinya. Benar-benar komposisi gado-gado. Satu rangkaian bisa sampai terdiri atas 3 kelas gerbong berbeda. Definisi ekonomi plus ini juga baru dengar. Dulu ada sih istilah bisnis plus (pernah dipakai pada KA Gajayana di awal peluncurannya). Harga tiket kelas ekonominya tergolong sangat mahal. Mudah-mudahan pelayanan untuk penumpang kelas ekonomi plus ini sesuai juga dengan “kemahalan tiketnya”.

Hmmm…. Apakah kebijakan rangkaian dengan 3 kelas itu adalah dalam rangka mensurvei karakteristik pasar jalur Bandung-Malang. Bisa jadi, ke depannya kereta ini hanya akan terdiri dari kelas bisnis-eksekutif, eksekutif saja, atau ekonomi saja seperti kereta-kereta yang ada saat ini. Jadi penasaran. Patut disimak keberjalanannya bagaimana nantinya. Mudah-mudahan kereta api ini bisa tetap terawat dan terus melayani masyarakat kota Malang, Bandung, dan sekitarnya. Bukan MALABAR = Malah Bubar. Tanggal 30 April 2010 nanti harus datang langsung nih ke stasiun Hall Bandung untuk ikut menjadi saksi peristiwa bersejarah ini.

Oiya, selama masa promosi, tarif untuk KA Malabar ini adalah Rp 200 ribu untuk eksekutif, bisnis Rp 130 ribu, dan ekonomi Rp 80 ribu. Sesudah tanggal 15 Juni 2010, tarif akan kembali normal, yaitu Rp 220 ribu untuk eksekutif, bisnis Rp 150 ribu, dan ekonomi Rp 90 ribu. Kereta pertama akan diberangkatkan pada tanggal 30 April 2010 jurusan Bandung-Malang.

Spanduk promosi KA Malabar

Spanduk promosi KA Malabar

Dengan keberadaan KA Malabar ini tentu akan mengancam moda transportasi lain yang melayani trayek Malang-Bandung, yaitu bus malam. Harga tiket bus malam Bandung-Malang sendiri relatif mahal, terutama untuk kantong mahasiswa. harganya saat ini mencapai lebih dari 200 ribu rupiah. Bahkan saat hari raya, lonjakan harganya bisa mencapai 100%. Dengan kondisi seperti itu tentu saja masyarakat akan lebih memilih menggunakan jasa kereta api untuk bepergian karena lebih murah dan perjalana dengan kereta api lebih menyenangkan.

Peralihan: KA Parahyangan akan dialihkan menjadi KA Malabar

KA Parahyangan dialihkan menjadi KA Malabar

Sumber:
http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/04/16/brk,20100416-240975,id.html
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/04/16/111462-ptka-hapus-perjalanan-ka-parahyangan
http://bandung.detik.com/read/2010/04/16/130145/1339630/486/kereta-api-malabar-diskon-hingga-15-juni-2010
– Gambar: railpictures.net

Foto-Foto Interior KA Turangga

Kemarin aku balik ke Bandung menggunakan jasa KA Turangga. Sekali-sekali aku ingin juga naik kereta eksekutif. Tiap pulang ke Malang sudah sering naik KA ekonomi Kahuripan atau Pasundan. Kalau ke Bandung biasanya naik KA bisnis Mutiara Selatan. Karena sudah mulai bosan, aku pun memilih KA eksekutif Turangga buat balik ke Bandung. Apalagi kudengar dari kawan-kawan katanya KA Turangga sudah menggunakan gerbong model baru, yang di dalamnya katanya ada colokan listriknya. Wah, jadi penasaran.

Aku naik KA Turangga dari Stasiun Semut, Surabaya. Biasanya orang-orang kebanyakan naiknya dari Stasiun Gubeng, Surabaya. Makanya, mumpung lagi sepi, foto-foto ah…

Lompat dari Kereta Api

Sore itu (Jumat, 11 September 2009) sekitar pukul 15.30 saya sedang melakukan presentasi mengenai materi praktikum PTI-C di hadapan para asisten di Comlabs. Saya agak terburu-buru waktu itu. Bagaimana tidak, waktu itu rencananya saya bersama teman-teman saya (maru, aden, dkk.) akan pulang kampung ke Malang dari stasiun Padalarang. Untuk ke stasiun Padalarang, kami akan naik KRD dari Stasiun Hall Bandung sekitar pukul 16.00. Namun, karena sudah tidak memungkinkan untuk mengejar pukul 16.00 tersebut, saya meminta agar mereka berangkat terlebih dahulu saja dan saya akan menyusul pada keberangkatan KRD berikutnya. Waktu itu saya mendapatkan kabar dari Maru bahwa kereta berikutnya adalah KRD Patas pukul 17.30 dan KRD ekonomi pukul 18.30. Waktu itu saya manut saja. Akhirnya, setelah saya menyelesaikan presentasi sekitar pukul 15.45, saya pun langsung kembali ke kontrakan dan kemudian berangkat ke stasiun Hall.

Sampai di stasiun Hall saya bertanya kepada bapak penjual karcis KRD, kereta apa yang ke Padalarang dan jam berapa berangkatnya. Bapaknya bilang kalau KRD Patas yang ke Padalarang datang sebentar lagi. Saya pun buru-buru membeli karcis tersebut. Kemudian melalui pintu pemeriksaan karcis. Di sana saya bertanya ke pak satpam keretanya datang di jalur berapa. Kata bapaknya di jalur 3. Eh, waktu saya masuk, tiba-tiba datang KRD dari arah timur menuju barat. Saya pun otomatis berpikir bahwa kereta tersebut akan melanjutkan perjalanan ke arah barat (Padalarang). Saya pun segera menaikinya. Singkat cerita