(Nyaris) Kehilangan Paspor

Masih menyambung tulisan sebelum ini. Siang itu, selepas pulang dari main ATV, kami mampir ke Surau Ibnu Khaldun di Lavender Heights untuk melaksanakan sholat Dhuhur sekaligus bersih-bersih diri.

Kami bergantian menggunakan toilet surau yang memang hanya ada 2 saja. Usai bersih-bersih diri, saya dan Kun masuk ke dalam surau untuk melaksanakan sholat Dhuhur.

Selesai sholat Dhuhur, saya memindahkan barang-barang saya dari tas Ab yang saya pinjam. Barang-barang Kun yang ikut dititipkan dalam tas Ab tersebut pun diambilnya.

Sampai di situ saya pikir semua barang punya saya sudah saya pindahkan ke tas saya. Namun rupa-rupanya, ketika saya tiba di hotel untuk check-in dan harus menunjukkan paspor, saya tidak menemukan paspor di dalam tas saya. Saya pun panik kalang kabut.

Semua tas sudah saya geledah, tetapi tidak ada penampakan paspor saya sama sekali. Saya pun menghubungi Ab untuk menanyakan apakah ia melihat paspor saya di dalam tasnya yang saya pinjam. Ternyata tidak ada.

“Deg-deg… deg-deg… deg-deg…”

Dada saya berdegup karena mulai memikirkan hal-hal yang harus saya hadapi seandainya paspor saya benar-benar hilang. Saya mencoba mengingat-ngingat lagi di mana saya terakhir kali melihat paspor saya.

Ingatan saya terbang ke masa hiking di Gunung Angsi, main ATV, dan sholat Dhuhur di Surau Ibnu Khaldun. Tapi saya cukup yakin saya masih melihat paspor saya ketika di Surau Ibnu Khaldun tersebut.

Jadilah saya bercerita ke Ab bahwa kemungkinan besar paspor saya jatuh di Surau Ibnu Khaldun ketika saya tengah memindahkan barang. Ab pun membantu saya mencari nomor telepon Surau tersebut untuk memastikannya. Namun, kami berdua gagal menemukan nomor telepon Surau tersebut di Google.

Sempat terpikir mencoba teknik Social Engineering mencari di Google orang-orang yang berafiliasi dengan Surau Ibnu Khaldun. Di sisi lain saya juga mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk, yakni paspor sudah tak bisa ditemukan lagi.

Saya mencari info di internet langkah-langkah mengurus paspor yang hilang. Bagaimana prosedur yang perlu dilakukan menurut aturan pihak Imigresen Malaysia. Dan juga bagaimana prosedur yang bisa dilakukan melalui KBRI di Malaysia.

Maghrib itu, masih di hari yang sama, DJ menghubungi saya menanyakan perihal paspor yang hilang. Ternyata ia tahu dari Ab. DJ memberi tahu bahwa dia memiliki kenalan orang Surau Ibnu Khaldun tersebut.

“Alhamdulillah…”

Dia akan mencoba menghubungi orang di sana untuk menanyakan paspor saya. Daannn… berita baik yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Selepas Isya’, DJ mengabari saya betul paspor saya ternyata memang ditemukan di sana.

“Alhamdulillaaahh…”

Tiba-tiba rasanya dada ini plong sekali begitu mendengar kabar tersebut. DJ pun keesokan paginya mengambilkan paspor tersebut untuk saya. Alhamdulillah. Saya berhutang budi sekali dengan kebaikan DJ dan Ab ini yang telah membantu menemukan paspor saya itu.

Pelajaran juga bagi saya agar lebih berhati-hati dan teliti lagi dalam menjaga barang berharga ini. Repotnya prosedur pengurusan paspor yang sebelumnya sudah terbayang, alhamdulillah tidak terjadi.

Btw, hanya sekilas info. Terkait hilangnya paspor ini, ketika sedang googling, saya baru tahu di Malaysia ini ternyata sempat ada wacana untuk memberikan denda bagi warganya yang menghilangkan (atau kehilangan) paspor. Ada beritanya di sini.

Entah sudah berlaku atau belum. Mungkin wacana tersebut dikemukakan karena paspor Malaysia yang memang powerful (berada di ranking 6 dunia). Jadi akan rawan disalahgunakan jika sampai jatuh di tangan yang tidak semestinya.

 

 

4 thoughts on “(Nyaris) Kehilangan Paspor

  1. Nuruul

    Bacanya ikut deg-deg an nih mas hehehe. Untung tidak beneran hilang ya, bisa repot urus2nya 😀

    anyway, salam kenal 🙂

    Like

    Reply

Leave a comment