Sabtu, 23 Juli. Pagi itu, usai melakasanakan sholat subuh, saya berjalan-jalan di sekitar tenda. Melakukan sedikit stretching untuk menghangatkan badan. Temperatur di Ranu Kumbolo pagi itu masih cukup dingin.
Setelah itu, bersama teman saya, kami menyusuri garis tepi Ranu Kumbolo hingga ke sisi utara. Empat kali ke Ranu Kumbolo, saya tak pernah bosan dengan suasana pagi di sana. Saya benar-benar menikmati suasana pagi Ranu Kumbolo kali itu. Apalagi Ranu Kumbolo saat itu tak seramai kunjungan saya 2 bulan sebelumnya ke sana.

Sinar matahari pagi baru menyinari sebagian Ranu Kumbolo
Tak terasa waktu sudah menjelang pukul 8 pagi. Lama juga kami berjalan-jalan menyusuri Ranu Kumbolo ini. Bener-bener nggak terasa.
Teman-teman mulai memasak makanan untuk sarapan. Saya cuma membantu nyuci-nyuci piring saja sesudahnya. Hahaha. Habisnya job masak-memasak sudah terisi semua.
Usai sarapan, kami langsung bergegas untuk packing. Sebagian juga ada yang bersih-bersih diri. Berbeda dengan pengalaman saya saat ke Gede-Pangrango, di Semeru ini tidak ada larangan untuk membawa peralatan sikat gigi dan sabun.
Namun, tetap harus mengikuti prosedur yang ditetapkan. Caranya adalah menggali lubang terlebih dahulu. Busa bekas sabun atau pasta gigi dibuang ke dalam lubang tersebut kemudian dikubur.
Sekitar pukul 10 pagi kami semua meninggalkan Ranu Kumbolo. Saya dan 1 orang teman saya menitipkan keril kami ke satu rombongan yang masih ngecamp di Ranu Kumbolo. Kami berdua berencana mengisi waktu sejam di Oro-Oro Ombo. Sementara yang lain karena akan melanjutkan ke Kalimati, ya mereka berjalan sambil memanggul keril mereka.
Btw, 4 kali ke Semeru, baru kali ini saya pergi ketika bunga-bunga Verbena Brasiliensis di Oro-Oro Ombo itu tengah bermekaran. Bunganya yang berwarna ungu membuat orang-orang sering salah mengiranya sebagai bunga Lavender. Mengutip joke relawan TNBTS saat briefing, kalau memang bunga itu adalah bunga Lavender, Desa Ranu Pani sudah pasti bakal terkenal sebagai desa penghasil autan. Hahaha.

Oro-Oro Ombo, Gunung Semeru
Pas sekali momennya kali ini. Dari kejauhan, tepatnya di atas Tanjakan Cinta, padang bunga itu tidak kelihatan berwarna ungu. Hanya coklat keabu-abuan. Namun begitu turun mendekatinya, baru terlihat bunga-bunganya yang bermekaran berwarna ungu.
Walaupun terlihat cantik, tapi tanaman tersebut sebenarnya adalah jenis tanaman hama. Pertumbuhannya begitu liar dan invasif, mengancam populasi vegetasi lain di Semeru. Pihak TNBTS memiliki rencana untuk memusnahkan tanaman tersebut. Karena itu, jika ada pendaki yang ingin mencabutnya, diperbolehkan asalkan berhati-hati agar bunga verbena brasiliensis ini tidak berceceran di tempat lain di Semeru. Karena hal itu tentunya akan semakin membantu penyebaran populasinya.
Pukul setengah satu kami berpisah dengan teman-teman yang lain yang melanjutkan pendakian ke Kalimati. Kami kembali ke Ranu Kumbolo. Setelah mengambil keril yang kami titipkan, kami melaksanakan sholat dhuhur di tepi Ranu Kumbolo. Setelah itu berjalan meninggalkan Ranu Kumbolo menuju Ranu Pani.
Setelah menempuh 3 jam perjalanan, kami tiba juga di Ranu Pani. Kami langsung melapor kepada petugas. Setelah itu sholat Ashar di mushola dekat kantor TNBTS.
Tidak banyak pendaki yang turun meninggalkan Ranu Pani Sabtu sore itu. Kami terpaksa menunggu hingga Maghrib sebelum menemukan rombongan lain yang bisa diajak join sewa jeep menuju Tumpang.
Tepat setelah kami berdua selesai sholat Maghrib di masjid depan lapangan parkir, jeep sudah penuh oleh pendaki yang lain. Jeep pun langsung berangkat setelah itu. Kami tiba di Tumpang pukul 7 malam. Alhamdulillah. Perjalanan ke Ranu Kumbolo kali ini benar-benar berkesan bagi saya. (Tamat)