Libur long weekend awal April yang lalu kumanfaatkan untuk jalan-jalan. Kebetulan pada tanggal tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Malaysia Open Super Series Premier 2015 di Kuala Lumpur.
Sebulan sebelumnya aku hunting tiket dan sayangnya maskapai AirAsia yang jadi langganan pesawat murahku harganya ternyata sudah melonjak tinggi untuk tanggal segitu. Namun di salah satu forum backpacker ada yang ngeshare promo Malaysia Airlines Jakarta-Kuala Lumpur, yang bisa dibilang termasuk murah juga untuk kelasnya. Akhirnya aku ambil tiket tersebut. Sekali-sekali lah ngerasain maskapai full service hihi.
Sayangnya teman barenganku nonton Malaysia Open tahun lalu, kali ini nggak bisa ikutan. Terpaksalah aku berangkat sendiri.
Pesan Tiket Online
Pada Malaysia Open 2015 ini aku menonton mulai babak perempat final. Aku membeli tiket kelas premium untuk babak ini. Sekali-sekali nyoba ngerasainlah nonton badminton kelas dunia dari jarak dekat. Apalagi ada banyak pertandingan di babak perempat final ini, jadi bakal puas banget.
Tips untuk membeli tiket premium ini sebaiknya beli secara online saja via ticketpro.com.my, yang sepertinya tiap tahun selalu menjadi ticket organizer Malaysia Open. Memang sih ada charge fee 10 ringgit untuk setiap transaksi. Tapi keuntungannya adalah kita bisa memilih kursi yang kita mau. Sedangkan kalau beli langsung, dari pengalaman tahun lalu, nomor kursi diberikan secara acak (yang masih tersedia saja).

Denah tribun penonton Putra Stadium
Tribun paling recommended untuk kelas premium adalah tribun L6 dan L7. Sebab, lokasinya persis di depan lapangan utama. Lapangan utama atau TV Court biasanya mempertandingkan partai-partai menarik di babak itu. Selain itu, lokasinya juga berada di tengah, sehingga jarak tempat duduk kita dengan lapangan sebelahnya nggak akan terlalu jauh.
Quarter Finals Day
Btw, ini pertama kalinya aku menonton pertandingan babak perempat final turnamen BWF Super Series. Total ada 20 pertandingan pada babak perempat final yang terdiri atas 4 pertandingan pada 5 kategori.
Ada 4 wakil Indonesia yang bertanding di babak perempat final ini. Namun hanya dua partai yang melibatkan duo ganda putra Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan saja yang kutonton sepenuhnya.
Partai Angga/Ricky vs Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark) termasuk partai yang seru pada hari itu. Sayangnya pertandingan yang berakhir rubber game itu dimenangkan oleh pasangan Denmark itu. Angga/Ricky sebenarnya selalu unggul dalam dua game pertama, namun pengalaman yang dimiliki Boe/Mogensen menjadi kunci mereka untuk mengatasi tekanan Angga/Ricky hingga unggul telak di game ketiga.
Untungnya kekalahan Angga/Ricky tidak diikuti oleh Hendra/Ahsan. Kalah telak di game pertama, mereka mampu ganti membalas secara telak di game kedua dan ketiga melawan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang) 10-21, 21-13, 21-12. Hendra/Ahsan ternyata punya lumayan dielu-elukan oleh penonton yang hadir di stadion. Sambutannya termasuk yang meriah dibandingkan pemain yang lain.
Partai Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir vs Chris Adcock/Gabrielle Adcock hanya kuikuti sesaat saja. Sebab partainya bebarengan dengan Hendra/Ahsan yang main di lapangan utama. Sedangkan partai ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari hanya sempat kuikuti hingga interval set pertama saja. Setelah itu aku pergi meninggalkan stadion karena takut terlalu malam check-in di penginapan.
Semifinals Day
Pada babak semifinal ini aku memutuskan untuk menonton dari kelas Upper Tier. Sebenarnya nggak buruk-buruk amat nonton dari tribun yang letaknya paling atas di stadion ini. Yang paling kusuka dari tribun Upper Tier ini kita bebas memilih kursi di manapun. Dan penonton di tribun ini lumayan sepi, sehingga nggak terasa gerah karena berhimpit-himpitan dengan penonton yang lain sebagaimana di kelas premium.
Banyak partai seru tersaji di babak semifinal ini. Nggak rugi aku membeli tiket untuk babak semifinal ini. Sebagian besar pertandingan bahkan harus berakhir dalam rubber game.
Partai yang paling menyita perhatian dan ditunggu-tunggu tentu saja partai tunggal putra Lin Dan (China) vs Jan O Jorgensen (Denmark) yang menjadi partai terakhir yang bertanding hari itu. Ini kali pertama aku menyaksikan Lin Dan beraksi. Lin Dan dan Lee Chong Wei sebelas-dua belas lah. Dua-duanya memiliki skill badminton yang so natural. Smooth abis pukulan-pukulannya.
Pada babak semifinal ini sebenarnya aku berharap Jorgensen yang menang agar tak tercipta All-Chinese final. Sayangnya Jorgensen yang sebenarnya sudah unggul 15-11 di set ketiga, harus kalah 17-21 karena kesalahan-kesalahan yang lebih banyak disebabkan oleh temperamennya yang tidak bisa dikontrolnya.
Kalahnya Jorgensen dan Tontowi/Lilyana yang kalah melawan musuh bebuyutan Zhang Nan/Zhao Yunlei di partai kedua, membuatku malas untuk menonton babak final keesokan harinya. Sebab dengan kalahnya mereka ada dua partai All-Chinese Final, yaitu kategori tunggal putra dan ganda campuran.
Memang sih ada Hendra/Ahsan yang akan menghadapi musuh bebuyutannya Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong (Korea) di final, tapi rasanya kok nggak worth it nonton final yang menariknya satu partai doang.
Sebenarnya masih ada lagi sih Carolina Marin (Spanyol) yang masuk final melawan Li Xuerui (China). Jaminan seru. Tapi udah puas nonton Marin yang menang lawan Wang Shixian (China) di babak semifinal ini. Luar biasa memang Marin. Pukulan-pukulannya benar-benar udah matang di usia yang masih muda gitu. Salah satu pemain yang permainannya enak ditonton juga.
Tapi menonton final dengan dua partai All-Chinese Final sesungguhnya itu terlalu berisiko. Sudah menjadi rahasia umum China hobi melakukan WO setiap ada partai yang melibatkan sesama wakil mereka. Namun pada akhirnya kekhawatiranku ternyata tak terbukti, haha.
Pada hari babak final Malaysia Open 2015 ini aku memutuskan untuk short escape ke Melaka. Penasaran aja sih mumpung lagi di Malaysia berkunjung ke salah satu kota unggulan turisme Malaysia. Ceritanya ada di tulisan berikutnya.