Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah postingan di Facebook dari akun KEEP BALI CLEAN tentang kondisi laut di sekitar Tanah Lot, Bali. Saya sudah lama nggak pernah main ke Bali. Terakhir kali ke sana akhir tahun 2011, dan sempat ke Tanah Lot juga. Agak mencengangkan menurut saya pemandangan yang tersaji di dalam foto-foto ini.
Secara kebetulan sebulan sebelumnya, saya sempat membaca sebuah artikel di BBC yang judulnya Are there any pollution-free places left on Earth?, yang kemudian saya terjemahkan menjadi judul artikel ini. Mungkin pertanyaan tersebut terasa cukup hiperbolik, tapi sangat tepat untuk kita jadikan sebuah refleksi.
Bahkan di sebuah tempat yang terpencil sekalipun, yang menurut kita hampir mustahil orang (biasa) ke sana, walaupun ada, juga ada sampah. Siapa yang menyangka di Everest Himalaya, sebuah gunung yang sangat tinggi nan dingin bersalju, sampah pun menumpuk di sana.
Well, bumi kita memang sangat luas. Tempat yang terbebas dari polutan itu mungkin masih ada, terutama yang belum terjamah oleh manusia. Namun, itupun sebenarnya tak bisa dijamin. Polutan yang dihasilkan manusia, terutama sampah-sampah yang terbawa arus sungai kemudian terombang-ambing oleh gelombang laut, mungkin telah berkelana ke mana-mana, tenggelam di dasar laut atau terdampar di sebuah pulau antah berantah. Btw, artikel BBC tersebut sangat recommended untuk dibaca, agar kita sama-sama mengetahui kondisi bumi ini yang ternyata sudah cukup memprihatinkan. Juga bagaimana efek domino sampah-sampah tersebut terhadap biota laut, dan sebagainya. (Link artikel: Are there any pollution-free places left on Earth?)Di Bandung walikota dengan program Gerakan Pungut Sampah (GPS)-nya berupaya meningkatkan kesadaran warga Bandung untuk peduli pada lingkungannya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sebuah program yang sangat layak diapresiasi.
Manusia memang seringkali berpikir sangat sangat sangat pendek, “Ah, cuma 1 bungkus permen doang kok”, “Ah, cuma sobekan plastik dikit kok”, dan “Ah, cuma” lain-lainnya.
Pemandangan sampah-sampah yang menumpuk di laut dan gunung tadi barangkali juga awalnya berangkat dari pemikiran seperti itu pada setiap orang. Yang lebih parah jika kemudian ada yang berpikir, “Ah, sudah banyak sampah juga di sini. Nggak ada bedanya kok kalau saya cuma membuang 1 bungkus permen aja.” -_-
Kesadaran akan lingkungan ini bisa dimulai dari hal-hal kecil. Contoh paling sederhana, ketika di suatu tempat tidak menemukan tempat sampah, bisa kita siapkan kantong kecil sebagai tempat sampah sementara untuk kita buang nanti.
Kalau bukan diri kita yang menjaga bumi ini, siapa lagi?