Backpacking Hong Kong-Shenzhen-Makau (Bag. 4): Hari ke-3, Hong Kong-Makau

Senin, 13 Januari 2014

Pagi itu waktu terasa berjalan lambat. Stamina dua orang temanku tengah drop. Kedua orang temanku masih butuh istirahat. Akhirnya rencana berangkat pagi-pagi ke Makau terpaksa diubah. Sembari menunggu mereka bangun tidur, aku memutuskan untuk mandi duluan saja agar nanti tak perlu antri mandi. Setelah mandi, menonton TV dan browsing-browsing internet di kamar saja.

Pukul 9 pagi mereka bangun. Setelah itu, mereka mandi dan kemudian kami semua mulai mengemasi barang-barang kami. Pukul 10 pagi kami check out dari penginapan. Kami mampir mencari sarapan. Setelah sarapan, mampir ke apotek yang berada di sekitaran Chungking Mansion untuk membeli vitamin.

Naik ferry ke Makau

Setelah membeli vitamin, kami berjalan kaki menuju Hong Kong China Ferry Terminal, Kowloon, yang berjarak sekitar 500 meter. Sempat agak bingung mencari letak pelabuhan ferry yang satu ini. Pasalnya petunjuk jalan menuju pelabuhan ferry ini justru mengarahkan ke dalam gedung yang penampakannya seperti hotel bintang lima.

Melihat kami kebingungan, ada seorang ibu berpakaian security yang menghampiri kami. Kami pun menanyakan lokasi pelabuhan ferry itu. Ternyata benar, jalannya melalui gedung yang seperti hotel ini. Namun untuk menuju departure hall pelabuhan kami harus naik lift menuju lantai 3.

Wow, keren banget ternyata pelabuhan ferry Kowloon ini. Interiornya benar-benar memberikan kesan lux. Mewah banget, nggak kalah sama interior bandara-bandara mewah.

Departure hall pelabuhan

Departure hall pelabuhan

Di departure hall ini ada beberapa konter penjualan tiket dari berbagai macam operator ferry. Kami membeli tiket ferry Turbo Jet dengan tarif HKD 159 per orang (kelas ekonomi). Jadwal perjalanan Turbo Jet beserta tarifnya dapat dilihat di sini.

Setelah check-in dan mendapatkan nomor kursi, kami masuk menuju ruang tunggu keberangkatan. Namun sebelumnya kami harus melalui imigrasi dulu. Proses imigrasi berjalan mulus, sebentar saja prosesnya.

Kami mendapatkan ferry dengan keberangkatan pukul 13.00. Masih ada waktu setengah jam lebih bagi kami untuk menunggu. Kami menghabiskan waktu berinternetan di ruang tunggu ini dengan smartphone masing-masing. Jarang-jarang bisa dapat akses internet sekencang di sini, hehe.

Sepuluh menit menjelang pukul 13.00, pintu gerbang menuju kapal telah dibuka. Para calon penumpang, termasuk kami, beranjak menuju kapal. Walaupun kami cuma membeli tiket kelas ekonomi, namun fasilitasnya cukup nyaman ternyata. Ruangan ber-AC, reclining seat, dan bagasi. Kursinya pun memiliki ruang untuk kaki selonjor yang cukup lega.

Di dalam kapal ferry ini penumpang nggak diperbolehkan untuk jalan-jalan jika tidak ada keperluan mendesak seperti ke toilet. Mau foto-foto di pinggir jendela? Siap-siap saja ditegur oleh petugas, hihi. Apalagi ketika kondisi ombak sedang tidak bersahabat, seluruh penumpang diwajibkan untuk tetap duduk di kursi masing-masing. Pemberitahuan tersebut disampaikan melalui speaker di dalam kapal.

Naik shuttle bus gratis ke Hotel & Casino Grand Lisboa

Perjalanan Kowloon-Makau ini memakan waktu 1 jam. Ada dua pelabuhan di Makau ini. Kapal ferry Turbo Jet yang kami tumpangi ini berlabuh di Macau Outer Harbour Ferry Terminal a.k.a. Macau Maritime Ferry Terminal. Lokasi pelabuhan ini ada di Macau Peninsula. Sementara pelabuhan satunya, yakni Macau Taipa Ferry Terminal, berada di pulau Taipa. Operator ferry yang berlabuh di sini setahuku ada Cotai Water Jet.

Outer Harbour Ferry Terminal (difoto dari seberang jalan)

Outer Harbour Ferry Terminal (difoto dari seberang jalan)

Setibanya di pelabuhan, kami berjalan menuju keimigrasian untuk diproses di sana. Proses imigrasi berjalan lancar. Seperti halnya Hong Kong, Makau ini juga memiliki kebijakan tidak memberikan stempel imigrasi pada paspor pengunjung negara mereka. Kami hanya diberi potongan kertas kecil yang terdapat print-out tanggal kita masuk dan tanggal batas waktu kami diizinkan tinggal di Makau ini.

Sebelum pergi meninggalkan pelabuhan, jangan lupa mengambil brosur tourist guide di main hall pelabuhan. Begitu keluar dari keimigrasian kita pasti akan melihat tempat brosur ini kok. Tourist guide ini sangat berguna, selain memuat peta Makau, yang paling penting adalah karena di dalamnya juga memuat rute-rute bus kota di Makau ini. Di Makau bus kota adalah satu-satunya transportasi umum yang tersedia, selain taksi tentunya.

Well, pikiran yang terlintas setiap kali kita menyebut Makau adalah negara ini adalah negera judi. Yup, stigma itu benar adanya. Suasana negara judi itu sudah terasa sejak kita menginjakkan kaki di pintu-pintu masuk negara ini melalui perbatasan darat, pelabuhan ataupun bandara. Shuttle-shuttle bus dari berbagai casino di Makau berjejeran di area-area tersebut. Dan semuanya gratis! Tampak sekali bahwa pengelola casino-casino ini bergerak menjemput bola alias para calon pengunjung sejak kedatangan mereka di Makau ini.

Kami pun juga termasuk mereka yang memanfaatkan shuttle gratis ini. Berhubung aku akan menginap di SanVa Hotel yang berlokasi di Rui De Felicidade, maka kami mencari shuttle yang menuju kasino yang terdekat dengan penginapanku tersebut. Ternyata yang paling dekat adalah Grand Lisboa. Kalau di foto di bawah ini, Anda melihat shuttle dengan warna hijau dengan atapnya keemasan, yup itu dia shuttle yang menuju Grand Lisboa.

Terminal shuttle bus gratis

Terminal shuttle bus gratis

Rencana awalnya kami memang hendak ke Macau Fisherman’s Wharf dahulu sih. Namun, karena berangkatnya kesiangan, terpaksa itinerary kami ubah dengan meng-skip Macau Fisherman’s Wharf itu. Kalau membaca review-nya di Trip Advisor, tidak terlalu recommended sih. Insya Allah kami nggak terlalu menyesal lah, hehe.

Perjalanan pelabuhan-Grand Lisboa ini sekitar 20 menit saja. Shuttle berhenti di basement hotel Grand Lisboa. Kami masuk melalui pintu basement dan ternyata ruangan yang kami masuki adalah casino hall di hotel ini. Ini pertama kalinya aku melihat langsung casino. Kami bertiga sempat ditanya berapa usia kami. Temanku, Neo, sempat dikira masih di bawah 21, hihi.

Di casino ini kami sempat melakukan observasi — ciee… bahasanya — permainan-permainan yang dimainkan para penjudi ini. Di beberapa sudut ruangan tersedia botol-botol air mineral secara gratis. Lumayan… hehe. Walaupun nggak main, kita boleh-boleh saja kok mengambil botol-botol air mineral tersebut.

Check-in penginapan

Dari Grand Lisboa kami berjalan kaki menuju Rua De Felicidade, nama jalan tempat SanVa Hotel (cerita mengenai hotel ini dapat dibaca lebih lengkap pada tulisan saya sebelumnya di sini) berada. Kami berjalan kaki menyusuri jalan Avenida de Almeida Ribeiro dan Avenida do Infante D. Henrique, lalu belok menuju “gang” Rua de Felicidade. Mungkin ada sekitar 500 meter jarak yang kami tempuh.

Butuh ketelitian tinggi untuk mencari letak SanVa Hotel ini. Kami sudah menyusuri jalan sepanjang Rua De Felicidade ini namun gagal menemukan hotel tersebut. Akhirnya kami bertanya kepada dua orang polisi cowok-cewek yang tengah stand by di ujung jalan Rui De Felicidade ini. Mereka mengerti bahasa Inggris walaupun hanya bisa mengatakannya sepatah-sepatah. Ternyata letak SanVa Hotel ini hanya berjarak sekitar 10 meter dari posisi kami saat itu, haha. Kok bisa nggak kelihatan ya, hihi.

Gang Rua De Felicidade. Perhatikan tulisan SanVa Hotel di sebelah kanan. :D

Gang Rua De Felicidade. Perhatikan tulisan SanVa Hotel di sebelah kanan. 😀

Setelah check-in, kami istirahat sebentar di kamar dan juga melaksanakan sholat Dhuhur dijama’ dengan Ashar. Penginapan di SanVa Hotel ini sebenernya hanya kupesan untukku saja. Kedua orang temanku hanya menumpang untuk menaruh tas saja. Mereka akan kembali ke Hong Kong malam hari karena mereka balik duluan ke Jakarta pagi keesokan harinya dari Hong Kong.

Setelah sholat, kami keluar untuk jalan-jalan. Kami mampir untuk makan sore (karena memang sudah sore, haha) di area sekitar Rua De Felicidade ini. Aku membeli kebab Turki yang dijual dengan harga 25 HKD/MOP. Porsinya lumayan besar dan cukup mengenyangkan. Bedalah kebab Turki yang dijual di sini dengan kebab-kebab yang dijual di Indonesia. Kebab yang dijual di sini sepertinya memang asli, karena penjualnya sendiri memang asli orang sana.

Di Macau ini selain menggunakan mata uang mereka sendiri, Macao Pataca (MOP), mereka juga menerima Hong Kong Dollar (HKD). Rate HKD ke MOP ini hampir setara 1:1, HKD lebih tinggi sedikit. Oleh karena itulah mungkin HKD juga diterima di sini.

Nak bus kota ke The Venetian Macau Resort Hotel

Tujuan jalan-jalan kami sore itu adalah The Venetian Macau Resort Hotel. Lho, kok jalan-jalan ke hotel? Eitss… ini bukan hotel biasa sih. Mendengar kata Venetian pasti pikiran kita melayang ke kota Venice yang populer di Italia itu. Yup, The Venetian Hotel ini memang terkenal dengan kota Venice imitasi di dalam gedungnya. Selain hotel, di dalam gedung The Venetian Hotel ini terdapat casino (yup, tipikal hotel-hotel mewah di Makau), mall, food court, dan kota Venice tadi.

The Venetian ini terdapat di Macau Taipa, pulau besar di sisi selatan Macau Peninsula. Untuk mencapai The Venetian ini, kami menaiki bus no. 26A dari halte di jalan Avenida de Almeida Ribeiro. Kami tidak perlu oper bus lagi karena bus ini berhenti di halte seberang The Venetian hotel. Tarif bus ini dari tempat kami naik ke Venetian ini adalah MOP/HKD 6,4. Tarif sebaiknya dibayar dengan uang pas karena sopir bus tidak menyediakan kembalian. Kalau memiliki kartu Macau Pass alias Octopus Card-nya Makau, tarifnya lebih murah dan bayarnya juga praktis, tinggal tap saja.

The Venetian Hotel

The Venetian Hotel

Ketika kami berjalan ke The Venetian Hotel ini, kami baru tahu ternyata di pelataran parkir hotel ini, terdapat terminal shuttle bus gratis juga. Selain mengantarkan para tamu hotel atau casino menuju pelabuhan dan bandara, beberapa shuttle ternyata juga memiliki tujuan hotel-hotel dan casino lainnya. Hmm… sepintas kok rasanya aneh ya, antar kasino kok menyediakan shuttle gratis yang mengantarkan para tamu ke tempat “saingan”-nya. Atau jangan-jangan pengelolanya sama? Entahlah.

Sightseeing di dalam The Venetian

Berkunjung ke The Venetian, pasti yang pertama kali dicari adalah replika Venice-nya, yang terkenal dengan gondola-gondola yang berlayar mengelilingi sungai-sungai di sepanjang kota. Replika Venice ini ada di lantai dua The Venetian. Dari pintu masuk, naik saja eskalator yang berada tak jauh dari pintu masuk.

Tak hanya replika sungai dan gondola-gondolanya, tapi langit di atas “kota Venice” ini juga replika. Ketika itu kami melihat sepasang kekasih dan temannya sedang naik gondola mengelilingi sungai. Sementara tukang gondolanya, sambil mengemudikan gondolanya, ia juga bersenandung menyanyikan lagu serenade “O sole mio” yang katanya juga biasa dinyanyikan tukang gondola di Venice, Italia itu. Intinya, suasanya benar-benar mirip banget sama Venice aslinya lah (kayak pernah ke Venice aja, hehe).

Sore itu di tepi sungai Venetian ini sedang ada pertunjukan sulap. Kami sempat menonton pertunjukannya sekitar 15 menit terakhir. Kerenlah sulapnya. Ada trik menumpahkan air ke dalam koran tapi nggak tembus. Ketika korannya dibuka, nggak ada bekas air sama sekali. Ketika koran dilipat lagi, terus dimiringkan posisinya tiaba-tiba ada air mengucur, haha.

Adegan puncaknya ketika sang asisten cewek dimasukkan ke dalam box yang tingginya cuma sekitar 1 meter. Kemudian box tersebut digembok berlapis-lapis. Sementara sang pesulap masuk ke dalam karung dan tiba-tiba menghilang. Ujung-ujungnya, sang asisten cewek yang tiba-tiba Baru kali ini melihat pertunjukan sulap macam ini secara langsung.

Bener-bener mind blowing lah. Baru kali ini melihat pertunjukan sulap model beginian secara langsung. Biasanya cuma lihat di TV dan selalu berpikir hal itu bisa kelihatan demikian karena faktor tipuan kamera.

Pertunjukan sulap di The Venetian

Pertunjukan sulap di The Venetian

Setelah puas menonton pertunjukan sulap dan melihat-lihat gondola, kami kembali turun ke lantai satu. Dua orang temanku tertarik untuk melihat beraneka ragam permainan di dalam arena casino. Kami mengamati orang-orang yang sedang bermain judi ini. Usia orang-orang yang bermain judi ini macam-macam. Kebanyakan mereka Chinese. Mungkin bervariasi dari penduduk Makau, Hong Kong, dan China daratan. Hanya segelintir saja kami melihat orang bule dan India di dalam sini. Tidak lebih dari 10 orang mungkin.

Dari penampilan orang-orang tersebut, usianya pun aku pikir juga bervariasi. Mulai dari yang usia 20-an sampai 50-an. Perbandingan jumlah cowok-cewek yang main pun relatif seimbang. Dari sisi style pakaian, ada yang bergaya parlente pakai jas, ada pula yang cuma pakai kemeja atau kaos sederhana yang warnanya sudah agak lusuh. Jumlah duit untuk main di sini mulai dari HKD 100 sampai ribuan. Baru kali ini melihat secara langsung orang yang tanpa banyak pikir mengeluarkan uang 100, 500, bahkan HKD 1000 untuk bisa terus menguji peruntungan. Sayang, di arena casino ini ada larangan untuk memotret.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam lebih. Sudah waktunya pulang nih agar kedua orang temanku tidak kemalaman untuk mengejar transportasi ke Hong Kong (walau practically Makau dan Hong Kong ini memiliki transportasi publik 24 jam). Sebelum pulang kami makan malam dulu di food court The Venetian ini. Aku membeli makanan di restoran India halal yang ada di food court ini.

Food court The Venetian

Food court The Venetian

Pulang ke penginapan

Setelah perut terisi, waktunya pulang. Kami berjalan keluar The Venetian Hotel menuju Galaxy Macau Hotel Resort yang berada di seberang. Di depan Galaxy terdapat halte untuk mencegat bus. Kami menaiki bus yang sama ketika berangkat, yakni bus no. 26A. Perjalanan ditempuh sekitar 30 menit. Kami turun di halte di jalan Avenida de Almeida Ribeiro. Setelah itu berjalan kaki menuju penginapan.

Galaxy Macau Hotel Resort

Galaxy Macau Hotel Resort

Aku dan kedua orang temanku berpisah malam itu, ketika waktu tengah menunjukkan pukul setengah 10 malam. Kedua orang temanku mengejar shuttle bus gratis yang ada di Hotel Grand Lisboa. Menurut websitenya yang aku baca, operasinya berakhir pukul 22.30. Mereka balik ke Hong Kong menggunakan ferry yang sama ketika kami pergi ke Makau ini.

Aku sendiri malam itu hanya menghabiskan waktu leyeh-leyeh saja di hotel sambil berinternetan memanfaatkan wifi gratis yang tersedia. Tanpa terasa beberapa saat kemudian aku pun tertidur. (bersambung)

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s