Seberapa Efektifkah Deaktivasi Akun Jejaring Sosial?

Tak jarang beberapa teman tiba-tiba menonaktifkan akun jejaring sosial mereka, entah Facebook atau Twitter mereka — mungkin juga jejaring sosial yang lain. Baik itu mereka umumkan sebelumnya atau tidak. Baik itu untuk sementara waktu atau selamanya.

(1) Facebook-addicted

Alasannya sih biasanya karena mereka ingin fokus ke suatu pekerjaan atau kegiatan mereka — biasanya sih yang lagi Tugas Akhir alias TA alias skripsi, hehehe. Alasan lain, serupa tapi beda kata-kata, ialah karena Facebook dan Twitter itu menyita waktu dan membuat mereka kecanduan. Kecanduan? Iya benar, kecanduan untuk mengetahui status orang lain atau kegiatan orang lain, apa yang di-share orang lain, dan sebagainya.

Lantas, efektif nggak sih deaktivasi akun jejaring sosial? Kalau pertanyaannya apakah efektif, aku rasa sih memang efektif banget. Ketika dulu aku tengah sibuk berurusan dengan TA, sempat aku menghentikan — bukan menonaktifkan akun — aktivitas ber-facebook dan ber-twitter. Aku pun bisa fokus mengerjakan TA tanpa harus tergoda untuk membuka Facebook atau jejaring sosial yang lain.

(2) My friends live in internet

Kenapa tidak aku nonaktifkan saja? Sebab informasi yang diperoleh lebih banyak berasal dari facebook dan twitter selain tentu saja juga milis kuliah. Apalagi sejak ada fitur group pada Facebook. Boleh dibilang fitur group ini telah membuat pengguna Facebook menjadi terikat dan susah untuk meninggalkan Facebook. Apalagi ketika fungsi mailing-list a.k.a. milis telah tergantikan olehnya.

Sekarang ada info apa-apa, di-share terlebih dahulu di grup Facebook. Misal, info tugas kuliah atau jadwal kuliah dibatalkan, teman-teman yang punya informasi itu lebih suka membaginya melalui grup angkatan Facebook daripada melalui milis kuliah. Alasannya tentu karena lebih simpel saja.

Jadi pertanyaannya sebenarnya bukan seberapa efektif, melainkan seberapa lamakah kita tahan untuk menonaktifkan atau tidak membuka jejaring sosial? Kalau itu yang ditanyakan, dengan mempertimbangkan cepatnya arus informasi yang terjadi di sekitar kita, aku rasa tak akan lama. Durasi “lama” di sini memang tidak akan sama untuk setiap orang. Tergantung kebutuhan masing-masing.

By the way, seorang teman pernah berkata padaku (aku lupa persisnya): “Ada suatu masa dahulu di mana manusia yang  mampu survive adalah manusia yang fisiknya kuat atau memiliki peralatan tempur yang kuat. Lalu ada masa (khususnya sejak revolusi industri) di mana manusia yang mampu survive adalah manusia yang trampil menggunakan alat. Dan kini adalah masanya informasi alias the information era, di mana manusia yang survive adalah manusia yang stay connected with information.”

Ya, sekarang adalah the information era di mana informasi sangat banyak dan didapatkan dengan murah. Oke, out-of-topic sebentar, informasi kini berjalan secara dua arah tidak seperti dahulu di mana consumer cenderung pasif hanya menonton TV, mendengarkan radio, dan membaca koran. Dan sesungguhnya internetlah yang menyumbang perubahan besar itu. Apalagi sejak munculnya tren jejaring sosial. Ditambah lagi adanya OpenID yang membuat semuanya semakin terhubung. Semua orang kini dapat berkontribusi di dalam ekosistem informasi itu. Orang akan semakin tertarik untuk mengetahui apa yang sekarang sedang terjadi — di dunia, di sekitar saya, apa yang dilakukan teman-teman saya, dsb. — dan tertarik untuk memberikan komentar atau opininya.

Wah, sepertinya sudah sangat melebar dari topik awal nih :D. Oke, back to topic, sebelum bertanya menggunakan pertanyaan di judul tulisan ini, ada pertanyaan awal dulu nih yang harus dijawab oleh sang penanya: Ingin seberapa fokuskah Anda dalam pekerjaan yang sedang atau ingin Anda lakukan? Sebab kalau anda ingin benar-benar fokus di dalamnya, saran saya, cabut internet Anda. Terdengar ekstrim mungkin. Sebab menurut saya, kalau hanya deaktivasi jejaring sosial seperti facebook dan twitter, hal itu tidak akan efektif, karena Anda akan tergoda mencari media atau aktivitas yang lain di internet seperti menonton atau share video di YouTube, membaca dan mengomentari online newspaper atau — yang sekarang lagi populer — 9GAG , blog-walking atau menulis blog, dsb. Hehehe … 😀

Ya tak dapat dipungkiri, kita kini tengah berada di dalam ekosistem media dan informasi. Solusinya mungkin ya kita batasi waktu internet surfing kita dan batasi konten yang kita akses adalah yang benar-benar sesuai kebutuhan dan bermanfaat buat kita.

(Sumber gambar: 12)

Advertisement

1 thought on “Seberapa Efektifkah Deaktivasi Akun Jejaring Sosial?

  1. MF-Abdullah

    Hehehehe 😀
    Ane juga pernah me-non-aktifkan Fb, tapi gak bisa bertahan lama, karna banyak yang nyariin… hehehehe 😀
    Salam kenal dari Bumi Malioboro….

    Like

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s