Akhir-akhir ini saya sering mendengarkan suara tokek lagi saat pulang kampung ke Malang. Suara tokek itu sering terdengar dari belakang kamar saya yang memang merupakan kawasan pemakaman alias kuburan.
Tiba-tiba saya jadi tersadar, ternyata selama saya tinggal di Bandung rasanya saya belum pernah mendengar suara tokek di lingkungan sekitar tempat tinggal saya itu. Padahal saya sudah berpindah tempat kosan hingga 3 kali. Namun, di tiap daerah kosan yang saya tinggali, saya belum pernah mendengar suara tokek itu lagi. Padahal di lingkungan tempat tinggal saya di Malang, suara tokek itu sudah menjadi teman akrab sehari-hari (dulu, nggak tau kalo sekarang, hehe).
Waktu masa kecil dulu saya dan teman-teman sering mendapati tokek-tokek berkeliaran di dinding rumah-rumah kosong yang ada di lingkungan tempat tinggal kami. Pernah suatu kali kami dapat tokek kecil yang kebetulan jatuh dari dinding. Namanya anak kecil, suka usil, salah seorang dari kami ada yang usil naruh tokek tersebut ke punggung salah satu anak, hihi.
Hmm… sebenarnya saya penasaran banget sama si tokek a.k.a gecko ini. Mengapa ya tokek itu mengeluarkan bunyinya pada waktu tertentu saja dan suaranya keras sekali? Maksud saya, dibandingkan dengan bangsa reptil lainnya dia satu-satunya yang memiliki keunikan di situ. Kalau iseng kita hitung, setiap kali bersuara, jumlah kata ‘tekek’ yang dia keluarkan juga tidak selalu sama. Pengaruhnya apa ya?
Saya sudah coba googling di Internet, tapi belum menemukan artikel riset yang membahas tentang gecko phenomena ini. Kalau berita di Indonesia, yang ada malah berita tentang praktik jual beli tokek ini yang nilainya (katanya) sampai puluhan juta rupiah.
Kembali ke rasa penasaran saya tadi. Hmm… kenapa ya? Ada yang tahu?
katanya udah mau punah to, karena diburu itu..
LikeLike
kenapa tokek di kita bisa punah …. karena ada praktek jual beli tu tokek yang di dukung oleh WHO … tapi itu juga katanya ….
LikeLike