Seperti yang sudah saya singgung di artikel sebelumnya, pada liburan Natal kali ini saya pulang kampung ke Malang dengan naik bus Pahala Kencana. Seumur-umur, ini kali pertama saya naik bus malam dari Bandung ke Malang.
Semasa kuliah dulu saya belum pernah sekalipun. Yang pernah hanyalah naik bus dari arah Malang ke Bandung-nya. Jadi perjalanan kali ini menjadi pengalaman baru bagi saya.
Bus Pahala Kencana yang saya tumpangi ini menurut jadwal seharusnya berangkat dari Pool Pahala Kencana di Jl. RE. Martadinata (alias Jl. Riau) pada pukul 13.00. Tapi bus baru datang sekitar pukul 13.25. Tapi bus tidak bisa langsung parkir di pool karena tak ada ruang.
Di depan kantor ketika itu sedang stand by 2 bus Pahala Kencana tujuan Palembang dan Blitar. Setelah bus Pahala Kencana tujuan Palembang berangkat, barulah bus Pahala Kencana tujuan Malang bisa masuk.

Para penumpang yang sudah ready di pool pun segera naik ke dalam bus, termasuk saya. Di dalam bus ada petugas yang “mengabsen” penumpang satu per satu. Tak lama kemudian setelah penumpang dipastikan lengkap, bus pun berangkat meninggalkan pool.
Kursi di dalam bus memiliki formasi 2-2 dengan jumlah 8 baris. Kursinya cukup nyaman, berupa reclining seat, bisa direbahkan ke belakang dan ada tatakan kaki yang bisa dinaik-turunkan.
Di dalam bus ada toilet, tepatnya di bagian paling pojok kanan belakang. Tapi sepanjang perjalanan saya tidak pernah mencobanya. Sepengamatan saya air di toilet ini selalu diisi setiap berhenti di pool di tengah perjalanan.

Di Sumedang bus singgah di Rumah Makan Kabita. Ketika itu jam menunjukkan pukul 17.45. Para penumpang dipersilakan turun untuk menyantap jamuan makan yang sudah dipersiapkan. Setiap penumpang diminta untuk menunjukkan tiket bus agar bisa mengantri untuk mengambil makanan.
Ada seorang penumpang yang tiketnya hilang. Oleh petugas yang menjaga makanan, ia diminta untuk menyebutkan nomor kursi kemudian petugas tersebut mencocokkan dengan catatannya.
Menunya cukup layak. Nasi putih ambil sendiri. Kemudian lauk rolade ayam, mie goreng, dan kuah soto Bandung berisi lobak dan kacang.
Agak tanggung sebetulnya waktu istirahat makan di RM Kabita itu. Waktu maghrib baru masuk pukul 18.04. Istirahat makan ini dikasih waktu sekitar 30 menit. Jadinya lumayan dikejar waktu juga sholatnya. Tepat usai sholat jamak Maghrib-Isya para penumpang pun sudah dipanggil untuk segera naik ke dalam bus kembali.
Di dalam perjalanan setelahnya bus ada 3 kali berhenti sekitar 5-10 menit. Pertama sekitar pukul 10 malam di daerah Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Kemudian di daerah Madiun sekitar pukul 2 dini hari.
Tidak biasanya bus melewati daerah Madiun. Biasanya bus mengambil jalur Pantura menuju Surabaya. Saya antara sadar nggak sadar waktu itu. Tapi sempat lihat di Google Maps sih, posisinya memang sedang di Madiun.
Yang ketiga bus berhenti di Terminal Bungurasih Surabaya pada pukul 4.30. Banyak penumpang yang turun di sini. Tidak lama bus berhenti di terminal. 10 Menit kemudian bus sudah bergerak meninggalkan terminal menuju Malang. Saya terpaksa sholat Subuh di dalam bus.
Bus berjalan menuju Malang melalui jalan tol. Tapi entah kenapa bus tidak keluar di pintu tol Singosari. Bus keluar di pintu tol Lawang. Saya turun di taman Kendedes dekat fly over Arjosari. Ketika itu jam menunjukkan pukul 5.30.
Kalau dihitung-hitung, artinya perjalanan dengan bus Bandung-Malang ini menempuh waktu hampir 16 jam perjalanan. Itu pun sudah termasuk istirahat makan 30 menit, singgah di beberapa pool, dan sempat kena macet juga di daerah Bandung-Sumedang-Majalengka.
Perjalanan dengan kereta api juga memakan waktu sekitar 16 jam. Artinya cukup worth it perjalanan dengan bus ini dari segi waktu dibandingkan dengan kereta. Dapat makanan pula. Kalau dari segi capek-nya, bagi saya sama aja sih. Cuma memang perjalanan dengan bus itu waktunya tidak bisa dipastikan.