Saya baru tahu ternyata ada istilah untuk menyebut orang yang mudah bangun. Light sleeper istilahnya. Saya tidak tahu apakah ada padanan serupa dalam bahasa Indonesia.
Saya mengetahui istilah ini dari film Knives Out (2019). Di film tersebut salah seorang karakternya diceritakan merupakan seorang light sleeper. Ia menjadi salah satu saksi dalam kasus pembunuhan yang menjadi fokus utama cerita film tersebut di mana ia secara kebetulan terbangun saat tengah malam karena mendengar suara berisik.
Dari dulu sebetulnya saya sudah penasaran dengan istilah untuk menyebut orang dengan kebiasaan mudah terbangun ketika tidur itu. Sebab saya merasa memiliki kebiasaan serupa. Saya cukup sensitif dengan suara ketika tidur.
Contohnya saya tidak bisa tidur (dengan pulas) dalam keadaan TV atau radio masih menyala. Saya mungkin bisa tertidur selama 1 jam pertama. Namun jika lebih dari itu TV atau radio masih menyala (dengan volume sekecil apapun), besar kemungkinan saya akan kembali bangun dalam rentang 1 jam berikutnya.
Dan ketika terbangun itu, rasanya pusing sekali. Makanya biasanya saya berikan timer agar perangkat tersebut dapat mati secara otomatis.
Tidur nyenyak saat tahun baru atau malam lebaran dan sebagainya juga hampir mustahil bagi saya karena pada malam itu biasanya akan banyak yang menyalakan petasan. Saya pernah mencoba tidur cepat sekitar jam 10 malam, namun sudah terbangun ketika memasuki jam 11-an malam.
Tapi alhamdulillah sensitifitas terhadap suara ini ada manfaatnya juga bagi saya. Saya jadi tidak perlu mengandalkan alarm untuk membangunkan saya dari tidur. Suara adzan subuh (dan juga adzan awal yang jam 3 pagi) sudah bisa membuat saya terbangun.
Btw, soal subuh ini memang yang terberat bukan masalah bangunnya. Saya yakin sebenarnya setiap orang pasti akan mudah terbangun juga saat ada adzan ini. Sebab pada jam-jam ini harusnya jam biologis kita sudah mengajak untuk bangun kecuali yang tidurnya sangat larut. Hanya tinggal masalah kuat-kuatan dorongan untuk bangkit dari tempat tidur setelahnya itu saja. 😀
Selain sensitif terhadap suara, saya juga sensitif terhadap cahaya terang ketika tidur. Entah kenapa tidur dalam keadaan lampu menyala membuat saya lebih mudah terbangun setiap saat. Kualitas tidur saya jadi berkurang sekali. Saya baru bisa tidur pulas jika lampu dimatikan.
Mungkin hal-hal yang saya alami ini masih termasuk normal kali ya. Sebab, kalau membaca artikel ini, kebiasaan light sleep ini ternyata ada banyak macam penyebabnya. Ia bisa timbul karena dipicu persoalan lain seperti kebanyakan kafein, stress, kecemasan, sleep disorder, dan lain-lain.
Alhamdulillah sejauh ini sih tidak bermasalah dengan tidur. Kalau penyebab-penyebab tadi sepertinya lebih mengarah ke insomnia kali ya. Pernah sih mengalami sekali dua kali. Tapi alhamdulillah bukan sesuatu yang menjadi kebiasaan terus-menerus.
Wah sy pula terbalik. Hahaha kalau dah penat tu, dpn tv pun boleh lelap hehe sy ingt lg masa tu rmai2 berkumpul di rumah, sy br pulan travel pg tu. Tghari tu lps mkn tgh main ngn ank buah, sy lelap xmmpu buka mata wpun dipegang, dipanggil. Hahaha!
LikeLike
Mungkin masa itu kamu dah terlampau penat, DJ.. Hehehe… 😀
LikeLike