Pada pertengahan bulan Januari kemarin pendaftaran early bird event MSC116 (Mantra Summit Challenge One One Six) resmi dibuka. Ini adalah salah satu event trail run yang saya tunggu-tunggu sejak lama. Tanpa banyak pikir panjang, saya segera mendaftarkan diri untuk mengikuti kategori 55K pada event ini. Apalagi ketika mengetahui bahwa ada free entry untuk mengikuti event Mantra Skyrace Seri 3 – The Welirang bagi sejumlah pendaftar pertama event MSC116 kategori 55K ke atas.
MSC116 dan Mantra Skyrace adalah dua event yang berbeda namun diadakan oleh penyelenggara yang sama, yakni komunitas Malang Trail Runners (Mantra). MSC116 ini diadakan pada tanggal 11-12 Juli 2020 nanti. Sementara Mantra Skyrace Seri 3 diadakan pada 1 Maret 2020.
Setelah mendapatkan free entry pada event Mantra Skyrace ini, saya pun tak ingin melewatkannya. Apalagi event ini diadakan di kampung halaman saya. Bisa sekalian pulang kampung jadinya. Hehehe.
Mantra Skyrace Seri 3 ini menjadi keikutsertaan saya yang pertama kali. Pada 2 seri sebelumnya saya tidak ikut.
Pemandian Air Panas Cangar di Batu, Jawa Timur, menjadi race venue event ini. Start dijadwalkan untuk dilakukan pada pukul 5 subuh. Dari rumah saya yang berjarak sekitar 35 km, saya berangkat naik sepeda motor pada pukul 3.30. Pukul 4.30 saya sudah tiba di Cangar.
Kemudian saya pergi ke sekretariat race untuk mengambil BIB dan sekalian sholat subuh di sana. Oh ya, event ini tidak menyediakan kaos lari dan medali finisher untuk peserta.
Lebih bagus begitu sih menurut saya. Seharusnya event lari sekarang sudah tidak perlu memberikan kaos lari lagi untuk pesertanya. Maklum, kaos lari saya sudah menumpuk sekali. Hahaha.

Tepat pukul 5 subuh race dimulai. Pada 2 km pertama, peserta berlari di atas aspal, tepatnya di Jl. Raya Sumber Brantas arah Kota Batu. Jalannya dominan tanjakan. Hanya beberapa meter yang medannya cukup datar.
Di KM 2 rute belok kiri ke jalan tanah yang membelah ladang-ladang warga. Kalau tidak salah, di dekat belokan ini ada basecamp pendakian Gunung Arjuna-Welirang juga.
Kira-kira sampai KM 5-an kami masih berlari di jalan terbuka di antara ladang-ladang warga. Setelah itu jalur mulai memasuki kawasan hutan yang rapat.

Di dalam hutan ini jalannya sempit sekali. Lebarnya hanya bisa dilalui oleh seorang saja. Karena itu, jika ingin menyalip atau merasa pelari di depan lebih lambat, biasanya para pelari akan meminta izin untuk mendahului atau pelari yang di depan sudah sadar diri untuk mempersilakan pelari di belakang melaju lebih dahulu.
Namun ada juga beberapa titik yang jalannya cukup lebar. Terutama ketika terdapat percabangan atau areanya sedikit terbuka tidak banyak pohon dan semak-semak.
Jalur di dalam hutan ini selain sempit umumnya juga tidak terekspos. Jalurnya tertutupi oleh ilalang atau semak-semak yang cukup rapat.
Sepertinya rute pendakian Gunung Welirang ini jarang sekali dilalui oleh pendaki sehingga tumbuhan-tumbuhannya sampai menutupi rute pendakian ini. Hampir tidak ditemukannya sampah sepanjang jalur sepertinya juga karena faktor tersebut.

Sebelum memasuki kawasan hutan ini sebetulnya saya masih banyak berlari. Dan sepertinya saya masih berada di belasan orang terdepan. Namun ketika memasuki kawasan hutan, saya mulai banyak berjalan kaki.
Sepertinya karena kurangnya pemanasan. Kaki saya sudah merasa kaku saja. Di KM 7-an saya disalip oleh pelari elite ultra trail Indonesia, Ruth Theresia. Setelah itu disalip lagi oleh beberapa pelari yang lain.
Pada sekitar KM 9-an akhirnya keluar juga dari kawasan hutan yang rapat. Puncak Kembar 1 yang menjadi titik COT 1 sudah kelihatan. Tapi jalan semakin menanjak sehingga saya masih tetap berjalan kaki.

Mendekati Puncak Kembar 1, saya mencoba push agar bisa sampai sebelum COT 1 pukul 7.15. Puncak Kembar 1 ini berada di KM 10,3.
Sebetulnya ketika sampai di Puncak Kembar 1 ini jam saya mencatat saya sudah lewat sekitar 1-2 menit. Tapi kata panitia saya masih boleh lanjut. Saya pun terus berlari.
Dari Puncak Kembar 1 ini ada turunan yang cukup curam tapi tak begitu panjang. Sayangnya saya tidak bisa memaksimalkannya. Saya terlalu berhati-hati. Kaki belum panas ketika itu.
Setelah turunan, jalan kembali menanjak tapi cukup landai. Treknya berupa batu-batu. Saya masih banyak berjalan kaki.
Mendekati Puncak Gunung Welirang, asap-asap belerang mulai kelihatan. Saya melihat jam tangan saya sudah nyaris menunjukkan pukul 7.45. Sudah batas COT sebetulnya.
Panitia yang sebelumnya di atas yang teriak-teriak pakai toa agar para pelari bisa lebih ngepush lagi sayup-sayup mulai tak terdengar. Tapi saya tak peduli.
Saya coba push di beberapa ratus meter terakhir. Lumayan bisa melewati 2 orang. Sepertinya mereka juga sudah lempar handuk karena mendekati waktu COT.
Tak berapa lama kemudian alhamdulillah akhirnya saya bisa finish juga. Panitia yang membawa bender finisher sempat memberikan saya bendera dengan urutan no 30.
Tapi oleh teman panitia yang lain diberi tahu bahwa saya sudah lewat COT sehingga bendera finisher tadi ditarik kembali. Memang betul saya cek jam tangan saya bahwa waktu finish saya sudah lewat 3 menit dari batas COT.

Wew, hanya 29 orang dari 105 yang berhasil finish di bawah COT. Gila memang tantangan Mantra Skyrace Seri 3 ini. Panjang rute 12,2 KM, elevation gain 1640++ meter, COT 2 jam 45 menit.
Waktu saya ngobrol dengan pelari yang lain tentang “kegilaan” rute dan COT Mantra Skyrace Seri 3 Gunung Welirang ini, ia bilang, “Ya, itulah ciri khasnya Mantra.”
Saya sempat ngobrol juga sama pelari yang sebelumnya sempat menyalip saya di KM 6-an. Dia finish di urutan 17 dengan catatan waktu sekitar 11 menit menjelang COT. Tapi yang podium 1 catatan waktunya 1 jam 58 menit. Luar biasa!
Sekitar 10 menit setelah COT kami semua berfoto bersama di garis finish di Puncak Gunung Welirang ini. Tak lama kemudian kami mulai turun kembali ke Cangar bersama-sama.

Turunnya ini juga perjuangan. Masih ada sekitar 10 km yang harus ditempuh. Hahaha. Waktu yang dihabiskan untuk sampai di Cangar lagi ini adalah sekitar 2 jam.