Alhamdulillah Sabtu malam yang lalu saya mendapatkan kesempatan untuk hadir langsung mendengarkan kuliah umum Dr. Zakir Naik di Bekasi, tepatnya di Stadion Patriot Chandrabaga. Ramai juga peserta yang datang pada acara itu. Ramai banget malah. Bahkan jauh melebihi jumlah tiket yang sudah ditetapkan.
Menurut salah satu media berita yang saya baca sebelum acara, tiket yang sudah dilepas tercatat sejumlah 46.000 orang, dengan 4.000 di antaranya adalah tamu undangan VIP. Namun, setelah acara saya membaca postingan salah seorang tokoh panitia di Facebook yang mengabarkan jumlahnya jauh lebih banyak dari itu, lebih dari 50.000 orang karena masih ada ribuan (bahkan puluhan ribu) orang yang terpaksa menonton di luar stadion.
Fariq Naik, putra Dr. Zakir Naik, mengawali kuliah umum dengan tema “Misconception About Islam”. Setelah itu break sholat Isya’ dan dilanjutkan dengan kuliah umum Dr. Zakir Naik dengan tema “Similarity Between Islam and Christianity”. Usai selesai memberikan kuliah umum, seperti biasa Dr. Zakir Naik membuka sesi tanya jawab.
Acara berakhir sangat larut malam, yakni pukul 1 dini hari. Bahkan saat acara diakhiri itu sebenarnya masih ada beberapa orang lagi yang masih ingin bertanya.

Peserta kuliah umum Dr. Zakir Naik memadati Stadion Patriot, Bekasi
Alhamdulillah dalam acara itu ada belasan orang yang mengucapkan syahadat. Entah kenapa selalu ada perasaan haru setiap menyaksikan saudara-saudara baru yang mengucapkan syahadat.
Mungkin karena ada perasaan kagum pada diri saya terhadap mereka yang akhirnya memutuskan untuk menerima Islam itu. Sebuah keputusan yang tentunya tidak mudah. Ada proses yang panjang yang ditempuh yang bersangkutan sebelum itu.
Dalam sesi tanya jawab itu ada beberapa penanya yang menyatakan kekhawatiran yang sama ketika akan menyatakan syahadat. Yakni, mengenai hubungan mereka dengan orang tua ketika mereka menjadi Muslim.
Dr. Zakir Naik memberikan nasihat bahwasannya di dalam Islam pun kita diperintahkan untuk memuliakan orang tua. Bahkan Rasulullah bersabda bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Jadi, usai masuk Islam bukan berarti lantas kita menjadi tidak patuh pada orang tua. Tentunya selama hal-hal tersebut masih dalam koridor yang tidak bertentangan dengan Islam.
Salah satu hikmah bagi saya juga setelah menyaksikan mereka yang bersyahadat itu adalah never take Islam for granted. Lahir sebagai muslim adalah sebuah karunia. Namun tidak cukup hanya menjadi Islam saja. Saya pun juga harus banyak belajar mengenai Islam agar bisa beramal dengan ilmu.