Tak terasa sudah sepekan Asian Games 2018 berlalu. Alhamdulillah kita patut berbangga karena sebagaimana kita tahu, Indonesia sebagai tuan rumah berhasil meraih kesuksesan, baik secara prestasi maupun penyelenggaraan.
Sukses prestasi karena Indonesia bisa mengakhiri Asian Games di peringkat ke-4 dengan perolehan total medali emas jauh melebihi target. Sukses penyelenggaraan karena secara umum semua event pertandingan dapat terselenggara dengan baik dan antusiasme yang sangat tinggi dari masyarakat untuk menyaksikan berbagai pertandingan yang ada. Tak ketinggalan pula, apresiasi tinggi diberikan oleh Komite Olimpiade Asia (OCA) kepada Indonesia.
Dalam multisport event 4 tahunan itu alhamdulillah saya juga mendapat kesempatan untuk turut menjadi saksi sejarah. Pada hari ke-8 Asian Games 2018 yang lalu, saya berangkat dari Bandung menuju Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta untuk ikut menonton Asian Games.
Kala itu sebenarnya saya ingin menyaksikan olahraga favorit saya, yakni badminton. Sayangnya di lokasi tidak dijual tiket on the spot sama sekali. Untungnya masih ada beberapa cabang olahraga lain yang menjual tiket pertandingan hari itu di GBK.
Saya dan kawan saya akhirnya memutuskan untuk menonton pertandingan Jujitsu yang diadakan di Jakarta Convention Center (JCC), masih di dalam kompleks GBK. Kebetulan sore itu Jujitsu mempertandingkan babak final perebutan medali di kategori Newaza.
Saya sendiri sebetulnya tidak mengikuti perkembangan olahraga Jujitsu. Tapi kalau dipikir-pikir, Asian Games ini sebenarnya justru merupakan kesempatan bagi kita untuk mengenal olahraga-olahraga lain yang sebelumnya kurang kita akrabi.
Mumpung kita menjadi tuan rumahnya, ya kan? Mumpung atlet-atlet kelas dunia dari berbagai cabang olahraga ngumpul di Indonesia juga.
Dalam babak perebutan medali cabang olahraga jujitsu ini ada satu orang wakil Indonesia yang bertanding. Yakni, Julia Simone. Sayang, ketika itu ia harus mengakui keunggulan wakil Mongolia sehingga gagal memperoleh medali.
Secara keseluruhan, babak perebutan medali Jujitsu ini berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam, termasuk dengan upacara penyerahan medalinya. Dalam kurun waktu itu saya dapat menyaksikan rasanya ada 10 pertandingan.
Ekspresi kegembiraan dan kekecewaan mewarnai setiap pertandingan. Terlihat betul kengototan atlet-atlet itu untuk memenangkan pertandingan.
Karena itu, kekalahan merupakan sesuatu yang amat menyakitkan bagi mereka. Terlihat betul aura kekecewaan menyelimuti wajah mereka setelah bertanding. Tak jarang sang pelatih tampak terus berusaha menghibur kesedihan anak didiknya.
Kompleks Gelora Bung Karno selain menjadi venue bagi beberapa cabang olahraga, di sana juga diadakan Asian Fest untuk menyemarakkan event Asian Games ini. Ada 3 zona yang menjadi tempat berkumpulnya pengunjung Asian Games. Yakni, zona Bhin-Bhin, Atung, dan Kaka, masing-masing merujuk pada nama maskot Asian Games 2018.
Di setiap zona tersebut terdapat stand-stand makanan, merchandise, dan sponsor, serta layar lebar untuk nonton bareng. Ya, layar lebar. Karena antusiasme yang begitu tinggi terhadap cabang olahraga badminton dan banyak pengunjung yang tidak kebagian tiket, panitia akhirnya menyediakan layar lebar yang menyiarkan pertandingan badminton secara langsung.
Sambil menunggu babak perebutan medali Jujitsu, saya dan kawan saya duduk-duduk di Zona Atung ikut menonton bersama pertandingan badminton. Selepas menonton Jujitsu yang berakhir saat Maghrib, kami pun kembali bergabung menonton bersama di sana. Kali ini lokasi sudah sangat padat oleh pengunjung.
baca juga: Nonton Langsung Final Bulutangkis SEA Games XXVI
Secara umum, dibandingkan dengan SEA Games Jakarta 2011 yang saya datangi dulu, Asian Games 2018 ini jauh lebih ramai. Mungkin tidak terlalu mengherankan. Secara jumlah negara peserta, Asian Games 4 kali lipat lebih banyak, yakni 45 negara.
Banyak negara yang mengirimkan skuad terbaiknya di event ini sehingga kualitas kompetisi pun menjadi menarik. Karena itu, tidak mengherankan jika Asian Games didaulat sebagai event olahraga terbesar kedua di dunia setelah olimpiade.
Sukses sebagai tuan rumah Asian Games ini semoga dapat menjadi bekal berharga bagi Indonesia untuk menyelenggarakan event dengan skala yang lebih besar kelak. Prestasi yang berhasil dicapai juga semoga dapat terus dipertahankan di event-event berikutnya, termasuk dalam Olimpiade Tokyo 2020 nanti.
Ini nih termasuk penyesalan. Jarang banget kan Indonesia bisa jadi tuan rumah event olahraga internasional. Pengen banget nonton, ngecengin atletnya, tapi ya apa daya. Hiks.
Dan jadi kebanggaan banget ya Indonesia bisa jadi tuan rumah yang baik. Pembukaan dan penutupannya keren, selama event berlangsung gak banyak masalah, dan Indonesia bisa dapat emas banyak banget melebihi target! Semoga prestasi kita nggak cuma sampai di sini, tapi untuk seterusnya.
LikeLike
Yah, sayang ya kak belum kesampaian nonton Asian Games. Kemarin saya juga beruntung banget ada kesempatan 1 hari untuk pergi ke Jakarta buat nonton. Semoga Indonesia nggak perlu nunggu lama lagi untuk menjadi event besar internasional lainnya, hehehe…
LikeLike
duuhhh gak kebayang deh rasanya, nasionalisme kita tiba-tiba naik level jadi 110% pas nonton Asian Games langsung.
LikeLike
saat itu aku pengen nonton secara langsung kesana. karena pasti akan beda suasana menonton dari televisi dibanding langsung.
LikeLike