Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi (Bag. 1): Sekejap di Padang

Selepas dari acara pernikahan Neo, saya dan Rizky menaiki angkot menuju Masjid Raya Sumatera Barat. Lokasinya tidak jauh dari tempat acara. Masih di ruas jalan yang sama. Hanya berjarak 2 km saja.

Masjid Raya Sumatera Barat ini memiliki gaya arsitektur yang unik, tidak seperti bentuk masjid pada umumnya. Desainnya memang disengaja agar menonjolkan arsitektur khas rumah adat Minangkabau, rumah gadang, yakni bangunan dengan atap bergonjong.

Di masjid ini kami melaksanakan sholat jama’ Dhuhur dan Ashar. Kami sempat agak kesulitan mencari tempat wudlu karena kurangnya petunjuk. Sepertinya masjid ini memang belum sepenuhnya selesai. Di beberapa bagian juga masih tampak tengah dilakukan pembangunan.

Masjid Raya Sumatera Barat

Masjid Raya Sumatera Barat

Usai sholat, kami berdiskusi mengenai tujuan selanjutnya. Berhubung Rizky sudah pernah ke Padang, Rizky lebih banyak menentukan tempat yang hendak kami kunjungi sih. Jadi saya tinggal mengikuti saja. Hehehe.

Diputuskanlah tujuan kami berikutnya adalah ke Jembatan Siti Nurbaya. Menurut Google Maps, jarak dari Masjid Raya Sumatera Barat ke salah satu ikon wisata Kota Padang tersebut adalah 6 km. Kami pergi ke sana dengan menaiki Gojek yang kami pesan masing-masing.

Setelah turun dari Gojek, kami kemudian berjalan kaki naik ke atas Jembatan Siti Nurbaya. Sembari berjalan, kami melihat-melihat pemandangan di sekitar dan berfoto-foto.

Jalan kaki menyusuri Jembatan Siti Nurbaya

Jalan kaki menyusuri Jembatan Siti Nurbaya

Jembatan Siti Nurbaya ini berdiri di atas Sungai Batang Arau, menghubungkan Jalan Nipah dengan Jalan Kp. Batu yang berada di seberang, yakni di kaki Gunung Padang. Konon jembatan tersebut diberi nama demikian karena Gunung Padang yang dihubungkan oleh Jembatan Siti Nurbaya ini merupakan bukit di mana Siti Nurbaya pertama kali bertemu dengan kekasihnya Samsul Bahri, menurut novel Siti Nurbaya (Marah Rusli, 1922).

Sore itu beberapa orang tampak mulai mempersiapkan lapak perniagaannya di pinggir jembatan. Pada malam hari kawasan jembatan ini memang berubah menjadi kawasan kuliner yang menawarkan menu khas Minang.

Jembatan Siti Nurbaya berdiri di atas Sungai Batang Arau

Jembatan Siti Nurbaya berdiri di atas Sungai Batang Arau

Usai puas menikmati pemandangan dari atas jembatan, kami kembali turun menuju Jalan Nipah. Kemudian kami berbelok ke kanan menyusuri Jalan Batang Arau, tepatnya di jalur pedestrian yang berada di pinggir sungai.

Kawasan utara pinggir Sungai Batang Arau yang kami lalui ini dikenal sebagai kawasan Kota Tua Padang. Di sinilah cikal bakal dari keberadaan Kota Padang dahulu bermula. Banyak bangunan tua yang masih berdiri di sana. Mayoritas memang tampak seperti sudah tidak ditempati. Di pinggir sungai juga terlihat jejak rel kereta api yang sebagian besar sudah tertanam di dalam tanah.

Salah satu sudut kawasan Kota Tua

Salah satu sudut kawasan Kota Tua

Di kawasan Kota Tua ini kami singgah di sebuah warung kopi bernama Kopi Tua Coffee. Kebetulan langit ketika itu semakin mendung menandakan hujan akan turun sewaktu-waktu. Benar saja, tak lama kemudian hujan deras pun turun mengguyur kawasan Kota Tua ini. Kami pun menunggu hujan reda sembari menyeruput kopi tubruk serta menikmati menu banana crispy di tempat tersebut.

Banner di Kota Tua Coffee

Banner di Kota Tua Coffee

Seharusnya jika cuaca cerah, rencana kami berikutnya adalah mengunjungi Pantai Padang. Namun, berhubung hujan deras masih mengguyur, akhirnya kami memutuskan untuk langsung lanjut ke Bukittinggi. Rizky pun mengontak Bang Untung, driver yang sudah kami pesan sebelumnya melalui kawan kami, Julino, untuk menjemput kami di Kota Tua Coffee ini.

Julino ini kawan kami semasa kuliah dulu yang kini sudah banting setir dari dunia IT untuk fokus menekuni bisnis di bidang travel. Dia menjalankan bisnisnya dari kampung halamannya di Bukittinggi. Namun sayangnya hari itu dia sedang tidak berada di Bukittinggi. (bersambung)

————————————————————————————-

Indeks link seri artikel Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi:

 

5 thoughts on “Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi (Bag. 1): Sekejap di Padang

  1. Ranger Kimi

    Aku sudah lamaaa banget ingin ke Padang, tapi belum kesempatan. Ingin ke sana demi menemui teman kosanku dulu. Orangnya baik banget. Duh, jadi kangen dengan beliau. 😦

    Like

    Reply

Leave a comment