Backpacking Hong Kong-Shenzhen-Makau (Bag. 3): Hari ke-2, Hong Kong-Shenzhen-Hong Kong

Minggu, 12 Januari 2014

Pagi itu menjelang pukul 9, setelah sarapan pagi di warung makan India di lantai dasar Chungking Mansion, kami berjalan kaki menuju stasiun MTR East Tsim Sha Tsui. Molor 1 jam dari itinerary yang sudah kami susun. Idealnya kami sudah cabut pukul 8 harusnya agar memiliki waktu lebih banyak di Shenzhen nanti. Yup, hari ini kami memang sudah berencana untuk menengok Shenzhen. Kami berencana untuk sehari saja di sana. Berangkat pagi, pulang maghrib.

Stasiun East Tsim Sha Tsui ini letaknya tidak begitu jauh dari stasiun Tsim Sha Tsui. Kami jalan ke sana melalui tunnel underground melalui pintu tunnel yang sama jika kami hendak ke stasiun Tsim Sha Tsui. Kami tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada di tunnel untuk mencapai stasiun East Tsim Sha Tsui.

Dari stasiun East Tsim Sha Tsui kami naik MTR jalur ungu menuju ke stasiun Hung Hom, lalu ganti MTR jalur biru menuju stasiun Lo Wu. Dari East Tsim Sha Tsui ke Hung Hom ini tidak ada stasiun antara, karena jaraknya memang dekat. Nah, sedangkan stasiun Lo Wu itu adalah stasiun MTR terakhir. Perjalanan Hung Hom-Lo Wu ini kurang lebih sekitar 45 menit. Lama bukan. Jaraknya memang jauh. Ongkos dari East Tsim Sha Tsui ke Lo Wu ini adalah HKD 37,5 (mahal kan?).

Oh ya, sebelum ke Shenzhen jangan lupa persiapkan pecahan uang dalam mata uang Renminbi (RMB) alias China Yuan (CNY). Jangan bingung antara penyebutan RMB atau CNY. Keduanya sama saja. Cuma orang di sana, termasuk Hong Kong, sepertinya lebih familiar dengan penyebutan Renminbi. Kami menukar uang US Dollar kami (kami sengaja membawa uang USD untuk kami tukarkan di luar jika uang kami kurang) ke Renminbi di konter Western Union di Chungking Mansions ini. Ada banyak money changer di sana. Di Western Union ini mereka juga menerima uang rupiah lho. Rate-nya pun juga bagus kata teman saya yang kemarin sempat menukarkan uang 300 ribu rupiahnya di sana.

Imigrasi masuk Shenzhen

Sebenarnya ada beberapa pintu perbatasan untuk masuk Shenzhen ini. Tapi yang paling populer kabarnya ya lewat perbatasan Lo Wu (Hong Kong)-Luohu (Shenzhen) ini. Berbeda dengan Hong Kong, warga negara Indonesia (WNI) yang hendak masuk ke dalam negeri China daratan harus mengurus visa terlebih dahulu di negara asalnya. Namun, Shenzhen memiliki kebijakan khusus. Pemegang paspor Indonesia bisa mengajukan Visa on Arrival (VOA) di keimigrasian Shenzhen.

Begitu tiba di stasiun MTR Lo Wu, kami berjalan menuju perbatasan dan masuk ke bagian wilayah Shenzhen bernama Luohu. Lo Wu dan Luohu ini dipisahkan oleh sebuah sungai. Imigrasi keduanya sebenarnya berada di dalam gedung yang terpisah, namun dihubungkan dengan jembatan di dalam ruangan yang melintasi sungai tersebut.

Setelah mendapat cap keluar Hong Kong kami berjalan menuju imigrasi Shenzhen. Gedung ini sangat besar, tapi petunjuk-petunjuknya sudah sangat membantu. Pertama-tama kami mencari tempat di mana kami harus meng-apply VOA. Lokasinya ternyata berada di lantai 2 keimigrasian Shenzhen. Proses untuk mendapatkan VOA ini sangat mudah. Lagi-lagi petunjuk bagaimana prosesnya dilakukan sudah sangat jelas, digambarkan dalam sebuah diagram alir di depan ruang apply VOA. Tarifnya pun juga sudah diumumkan dalam sebuah papan. Untuk WNI, tarifnya adalah 168 RMB.

Pertama-tama kita mengisi form imigrasi yang sudah disediakan. Lalu mengambil nomor antrian loket VOA. Duduk menunggu dipanggil. Setelah dipanggil, menuju loket 1 untuk menyerahkan paspor dan form imigrasi tadi. Lalu berjalan ke loket 2 untuk melakukan pembayaran visa. Balik duduk lagi menunggu visa diproses. Nanti akan dipanggil kembali sesuai nomor antrian untuk mengambil paspor beserta visa yang sudah ditempel di dalamnya, di loket 3. Simpel kan? Jika antriannya tidak terlalu panjang, 10-15 menit sudah bereslah. Visa ini berlaku selama 5 hari untuk di Shenzhen saja.

Visa masuk Shenzhen

Visa masuk Shenzhen

Setelah menerima VOA, baru kita menuju pintu imigrasi Shenzhen. Jangan lupa untuk mengisi form imigrasi di sini. Ini form yang berbeda dengan yang apply VOA tadi, tapi isinya kurang lebih sama. Di form ini kita harus memasukkan nomor visa yang sudah kita terima.

Mengintip kebudayaan China di Splendid China & China Folk Culture Villages

Baca-baca di internet baik forum ataupun blog, umumnya orang-orang merekomendasikan dua objek utama untuk dikunjungi jika berwisata ke Shenzhen, yakni Window Of The World dan Splendid China & China Folk Culture Villages. Karena kami punya waktu efektif kurang lebih setengah hari, kami pun memutuskan hanya mengunjungi Splendid China & Folk Culture Villages. Untuk mencapai ke sana, begitu kami keluar gerbang imigrasi Luohu, kami berjalan ke bawah ke stasiun metro Luohu yang berada persis di seberang pintu keluar gedung imigrasi. Setelah itu, kami menaiki metro alias kereta bawah tanah Shenzhen ini menuju stasiun OCT (Overseas Chinese Town).

Jarak stasiun OCT ke Splendid China ini sangat dekat. Cuma puluhan meter sepertinya. Begitu keluar stasiun OCT, tinggal jalan kaki lurus saja nanti ketemu deh tempat di mana kami foto bertiga di bawah ini. Oh ya, di depan Splendid China ini ada stasiun monorailnya ternyata. Sepertinya ini monorail cuma buat keliling Splendid China saja seperti model monorail yang ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Soalnya di dalam Splendid China ini ternyata juga ada stasiunnya. Sayang kami nggak sempat naik saat itu.

Oh ya, sebelumnya bagi yang belum tahu, Splendid China & China Folk Culture Villages itu sebenarnya adalah dua theme park yang tergabung menjadi satu. Tiket masuknya menjadi satu, yakni sebesar RMB 150. Splendid China adalah miniatur-miniatur dari landmark-landmark populer di negeri China seperti Tembok Besar China, The Imperial Palace, dll. Sedangkan China Folk Culture Villages adalah theme park yang menyajikan keunikan dan pertunjukan seni atau budaya khas suku-suku daerah China. Atau dengan kata lain China Folk Culture Villages ini TMII-nya China lah :D.

Jadi kalau Anda memang cuma memiliki waktu sehari dan bingung memilih antara Window of The World atau Splendid China, saya rekomendasikan ke Splendid China & China Folk Culture Villages saja. Di sini kita bisa lebih mengenal kebudayaan mereka. Areanya sangat luas, butuh waktu sehari paling tidak untuk bisa menjelajahi seluruh tempat ini. Kami yang hanya punya waktu setengah hari benar-benar merasa kurang puas. Banyak tempat yang belum kami lihat.

Setelah membeli tiket masuk, jangan lupa ambil brosur guide map tempat-tempat di dalam theme park ini. Di sana tertera peta lokasi-lokasi atraksi beserta jadwalnya.

Atraksi paling recommended adalah “Horseback Battle”. Ini adalah atraksi peperangan antar pasukan berkuda. Menonton atraksi ini membuatku seperti terbawa ke cerita-cerita peperangan masa lampau. Aku benar-benar terhibur dengan skill berkuda yang mereka tunjukkan.

Sayang acara ini hanya berlangsung selama 15-20 menit saja. Pertunjukan ini berlangsung dua kali dalam sehari, yakni pukul 2 siang dan 4 sore. Usahakan sudah datang 15 menit sebelumnya agar bisa mendapatkan spot tempat duduk yang nyaman. Sambil menunggu pertunjukan dimulai, kita bisa menonton para pemeran atraksi melakukan ‘pemanasan’ dengan kuda-kuda mereka.

Selain menonton “Horseback Battle” ini, kami juga sempat menonton atraksi etnis Li, Tibetan, dan Wei. Kami juga sempat mencoba ketangkasan memanah. Biayanya 10 Yuan untuk satu set yang terdiri atas 10 anak panah. Setelah berkeliling di China Folk Culture Villages, kami berjalan menuju area Splendid China. Di Splendid China kami cuma sempat melihat-lihat miniatur Stone Forest-Yunan (sayang nggak bisa masuk karena lagi renovasi, cuma memotret dari luar saja), Potala Palace-Tibet, Jiayu Guan Pass-Gansu, The Great Wall, dan beberapa miniatur lainnya di sekitar miniatur-miniatur yang aku sebutkan tadi.

Foto-foto di China Folk Culture Villages

Foto-foto di Splendid China

Jalan-jalan ke Dong Men Shopping Street

Pukul 4 sore kami pergi meninggalkan area Splendid China. Tujuan kami berikutnya adalah Dong Men Shopping Street. Sebenarnya aku kurang begitu tahu ada apa di sana. Beberapa blog yang kubaca menyarankan jika ingin berbelanja di Shenzhen, di Dong Men inilah surganya. Dari stasiun OCT kami naik metro balik arah menuju stasiun Laojie. Ongkosnya 4 Renminbi.

Begitu menginjak permukaan tanah — stasiun metro berada di bawah tanah — mataku terbelalak karena melihat begitu ramainya orang-orang di sepanjang jalan Dong Men ini. Welcome to China, negara dengan jumlah penduduk lebih dari 1 miliar ini!

Di kawasan Dong Men ini banyak sekali terdapat gerai toko produk-produk fashion ternama, baik brand lokal maupun asing. Orang-orang umumnya memadati jalan di kawasan ini sambil menenteng tas-tas belanjaan.

Dong Men Shopping Street

Dong Men Shopping Street

Selain pusat perbelanjaan, masih di kawasan tersebut terdapat semacam pusat kaki lima yang menjual jajanan-jajanan seperti gorengan, dsb. Aku sendiri meragukan kehalalannya. Alhasil aku cuma menikmati minuman es tebu yang dijual di pinggir jalan. Rasanya enak.

Balik ke Hong Kong

Menjelang pukul 6 sore kami berjalan menuju stasiun. Sialnya kami lupa jalan yang kami lalui sebelumnya. Di beberapa sudut jalan memang terdapat petunjuk-petunjuk ke arah stasiun, tapi begitu kami turun ke bawah tanah yang ada malah kami tersasar di toko-toko pakaian yang ternyata juga tak kalah ramainya walau lokasinya di bawah tanah.

Kami beberapa kali berputar melalui jalan yang sama. Alhamdulillah, akhirnya kembali ke jalan yang benar ke stasiun. Keramaian Stasiun Laojie sore itu bagaikan lebah-lebah yang kembali ke sarangnya. Ramai bener. Well, this is China!

Dari Laojie kami naik metro ke stasiun Luohu (tarif 2 Renminbi). Kami melalui proses imigrasi dengan lancar tanpa masalah. Kami buru-buru mengejar MTR menuju Tsim Sha Tsui agar sampai tepat waktu sebelum atraksi Symphony of Lights di Avenue Of Stars dimulai. Rute yang kami lalui masih sama, naik MTR menuju Hung Hom, di sana kami ganti MTR ke East Tsim Sha Tsui.

Menonton Symphony of Lights

Symphony of Lights ini sederhananya adalah atraksi pertunjukan permainan lampu-lampu dan laser oleh gedung-gedung pencakar langit di seberang Avenue of Stars yang menyala mengikuti musik yang diputar, diadakan setiap pukul 8 malam. Perihal lebih lengkapnya bisa dibaca di wikipedia.

Durasi Symphony of Lights ini sekitar 10 menit. Sayangnya kami terlambat sekitar 5 menit sehingga hanya sempat menyaksikan separuhnya. Ini dia 1 menit video yang sempat aku rekam:

Belanja di Ladies Market

Setelah (nggak) puas menonton Symphony of Lights, kami beranjak meninggalkan Avenue Of Stars menuju stasiun Tsim Sha Tsui. Kami naik MTR menuju stasiun Mong Kok. Perjalanan ini hanya memakan waktu sebentar saja, sekitar 7 menit (tarif HKD 4,9).

Di Mong Kok inilah terletak Ladies Market. Ladies Market ini surganya belanja oleh-oleh murah. Pintar-pintar saja menawar. Harga kaos dipatok awal HKD 29 per kaosnya, 2 pcs HKD 50, 5 pcs HKD 100. Temanku yang jago nawar bisa mendapatkan HKD 65 untuk 5 kaos. Selain kaos ada gantungan kunci, pulpen, dan souvenir-souvenir lainnya.

Oh ya, di sekitar Ladies Market ini ada beberapa kedai makan. Tapi kami hanya berhasil menemukan satu kedai makanan India halal. Sisanya kedai-kedai makanan Chinese yang tulisan di depannya pun menggunakan tulisan Chinese.  

Ladies Market

Ladies Market

Pulang ke penginapan

Menjelang pukul 11 malam, beberapa penjual mulai menutup lapaknya. Setelah puas berkeliling di Ladies Market kami pun pulang. Rute balik masih sama. Naik MTR dari stasiun Mong Kok menuju Tsim Sha Tsui. Saatnya beristirahat. 🙂 (bersambung)

21 thoughts on “Backpacking Hong Kong-Shenzhen-Makau (Bag. 3): Hari ke-2, Hong Kong-Shenzhen-Hong Kong

  1. Dini Nuarita

    Hai Bang… klo untuk makanan or jajanan kaki lima di Hongkong dan Shenzhen gimana Bang? Klo mau cari makan untuk muslim yg amannya gimana ya?
    Thanks infonya bang

    Like

    Reply
    1. otidh Post author

      Di Shenzhen saya cuma sebentar, jd nggak sempet nyari rumah makan muslim. Kami terpaksa ngisi perut dengan beli mie instan aja saat di Splendid China. Minta ke penjualnya utk milihin yg no pork. Jajanan kaki lima? Saya nggak berani nyoba yg gorengan-gorengan. Cuma beli es tebu aja.

      Kalo di Hong Kong, rumah makan muslim relatif banyak. Di lantai dasar Chungking mansion banyak warung muslim India. Kalo mau nyobain kuliner Cantonese yg halal, bisa ke Islamic Center Canteen di Masjid Ammar, Wanchai. Enak kok rasanya.

      Like

      Reply
      1. Dini Nuarita

        Oh gitu bang.. eh bang klo misalnya wifi di HK dan Shenzhen gimana? Trus orang2 disana apakah cukup ramah dg hijabers?
        Bang, maaf ya byk pertanyaannya hehehe

        Like

        Reply
        1. otidh Post author

          Di Hong Kong hampir di semua tempat umum ada free wifi. Di Shenzhen, seingat saya cuma waktu di imigrasi Lo Wu-Luohu aja dapat wifi.

          Saya kurang tahu pasti sih, soalnya saya nggak pakai hijab, hehe. Tapi sepengamatan saya, mereka di sana sepertinya cukup cuek. Insya Allah nggak ada perlakuan rasis terhadap hijabers di sana.

          Like

          Reply
  2. Dini Nuarita

    Bang, makasih byk utk infonya yaa.. insya Allah tgl 11 subuh nanti sy berangkat ke HK lanjut Shenzhen. wish me luck, bang.

    And i’ll keep ur blog utk jadi information center hehehe… thanks ya bang.

    Like

    Reply
  3. tiara

    1.mau tanya, pas balik dr Dongmen ke HK itu berapa menit kira2 estimasi ? ada kah 45 menit jg?
    2. Terus saya pagi mau ke Shenzen, jam 9 malem pulang dr HK ke JKT. Butuh saran, kira2 jam berapa saya sudah harus pulang dari Shenzen utk menuju AIrport ?
    3. Kmearin keliling Shenzen pake card atau beli pisah2 tiketny ? apakah bisa berbahasa inggris ? dan apakah uangnny ada kembalian ? tks ya ditunggu infony kak

    Like

    Reply
  4. ristuti rahayu

    Bang, mau tanya dong. Kan kalo awalnya ke shenzhen udah bikin visa di indo, terus mau ke hk nggk pake visa kan? Maksudnya ke hongkong nya dr shenzhen.

    Like

    Reply
  5. Sisca

    Bang saya mau tabya imigrasi shenzen itu dr jam berapa bukanya?saya blm pernah urus langsung visa seperti abang itu biasa saya urus visanya di hk tp agak ribet.kalo bosa langsung seperti abang cerita kan enak.tp saya takut kalo ke pagian ke sana ternyata kantor imigrasinya blm buka gimana?

    Like

    Reply
  6. thiti

    hi there!

    untuk mengisi form imigrasi kan ditanyakan tempat menginap selama di shenzhen, klo PP seperti mas nya, perlu diisi atau gak? ktnya ada yg blg klo ga diisi bisa dipersulit?

    Like

    Reply
    1. otidh Post author

      Hai Thiti…

      Sebelumnya maaf saya sudah agak2 lupa tentang pengalaman saya mengisi form imigrasi ke Shenzhen ini. Seingat saya, saya tidak mengisi tempat menginap di formnya karena memang saya balik langsung pada hari yang sama. Satu hal yang saya ingat dengan pasti, saya sama sekali tidak dipersulit ketika mengurus visa tersebut. Bahkan tidak ada komunikasi sama sekali yang terjadi antara saya dengan petugas imigrasi. Proses berjalan dengan cepat. Saya sama sekali tidak dipersulit ketika itu.

      Like

      Reply

Leave a comment