Solo Backpacking ke Penang (Bagian 2): Keliling dengan Rapid Penang di Hari ke-1

Sabtu, 16 November

Kira-kira pukul 8.15 aku menjejakkan kaki di Penang International Airport. Cepet banget penerbangan Medan-Penang. Nggak ada satu jam kayaknya.

Setelah menyelesaikan urusan imgrasi, aku bingung mau ngapain dan ke mana selanjutnya. Aku duduk-duduk nggak jelas di bangku selasar terminal kedatangan mengamati kondisi sekitar. Pertama yang di benakku adalah mencari counter HP yang menjual kartu perdana DiGi, operator seluler favorit kalau lagi di Malaysia.

Aku butuh operator lokal untuk dapat akses internet. Kebutuhan akses internet ini lumayan vital buatku, terutama untuk membuka aplikasi Google Maps dan browsing. Sayang di bandara cuma ada counter Celcom saja. Karena aku nggak mau berspekulasi pakai kartu operator seluler yang belum kuketahui tarifnya, terutama paket internetnya, jadi aku nggak beli itu kartu Celcom.

Setelah itu, aku mencari lokasi halte bus Rapid Penang di bandara ini. Lokasinya ternyata sangat dekat. Persis di seberang terminal kedatangan. Kebetulan pas banget ketika aku ke sana, ada bus 401E yang datang. Eitts, jangan sampai salah bus ya. Walaupun sama-sama bus 401E, pastikan dulu tujuan bus tersebut apakah ke Balik Pulau atau Jetty. Gampang saja sih, kalau di busnya tertulis (digital) Balik Pulau-Jetty, berarti bus itu mau ke Jetty. Begitu pula sebaliknya kalau tulisannya Jetty-Balik Pulau, berarti tujuannya ke Balik Pulau. Sebab, baik yang tujuan Balik Pulau maupun Jetty, keduanya sama-sama singgah di halte yang sama di bandara ini. 

Tips: Pelajari rute bus-bus Rapid Penang di sini atau di sini

Ke Queensbay Mall

Tujuan pertamaku adalah ke Queensbay Mall. Untuk ke sana aku naik bus 401E jurusan Jetty. Ongkos bus bandara-Queensbay Mall ini RM 2. Ongkos bus Rapid Penang ini bervariasi, tergantung jarak tujuan. Jadi begitu naik, kita sebutkan tujuan kita ke mana, nanti sang sopir akan menyebutkan berapa ongkosnya. Setelah itu uang kita masukkan ke dalam box yang ada di samping sopir, dan si sopir akan memberikan karcis sesuai dengan ongkos yang disebutkan. Dari yang kuamati, sepertinya kalau kita sudah tahu ongkosnya, bisa saja sih sebenarnya langsung bayar ke sopirnya tanpa ngasih tahu tujuan kita dulu. Di sini modal kejujuran benar-benar diperlukan. Oh ya, usahakan selalu menggunakan uang pas ketika membayar. Sebab, jarang sekali sopir menyediakan kembalian, soalnya uang yang dibayarkan langsung dimasukkan ke dalam box.

Ada apa di Queensbay Mall? Tujuanku ke sana adalah untuk mengambil race pack PBIM (Penang Bridge International Marathon). Walaupun batal lari, seenggaknya race pack harus tetap diambillah, haha.

Sepertinya Queensbay Mall ini adalah mall terbesar di Pulau Penang ini. Halaman parkirnya luasnya nggak kalah dengan halaman parkir stadion, haha. Di halaman parkir itu sudah berjejer-jejer stand-stand sponsor acara PBIM, termasuk sekretariat untuk pengambilan race pack. Di seberang Queensbay Mall ini pun juga telah dipasang gate start dan finish perlombaan.

Oh ya, dari depan Queensbay Mall ini kita bisa melihat pemandangan Penang Bridge di kejauhan. Kalau mau melihat lebih dekat lagi, kita bisa menyeberang jalan di depan Queensbay Mall dan berjalan kaki ke arah utara. Sekitar beberapa ratus meter akan ada semacam taman untuk pikinik gitu. Nah, view Penang Bridge akan terlihat lebih jelas dari sana. Sayang waktu itu aku tak sempat ke sana karena aku sendiri baru tahu belakangan ketika naik bus 401E balik ke bandara.

Ke Kompleks Tun Abdul Razak (KOMTAR)

Dari Queensbay Mall aku berencana untuk langsung menuju ke Kompleks Tun Abdul Razak atau yang dikenal dengan singkatan KOMTAR saja. Di sanalah terletak terminal sentral kota Georgetown ini. Penginapanku juga hanya berjarak sekitar 500 m dari sana.

Lama juga ternyata menunggu bus 401E yang ke sana. Oh ya, sebelum naik, lagi-lagi perlu diperhatikan ke mana tujuan bus 401E yang transit di halte Queensbay Mall ini. Ada yang ke Balik Pulau, dan ada yang ke Jetty. Kalau hendak ke KOMTAR, berarti kita ambil jurusan Jetty.

Nah, saat menunggu bus 401E ini, aku melihat ada bus dengan nomor yang lain yang ternyata juga lewat KOMTAR. Cuma aku lupa nomornya. Wih… jalurnya panjang banget. Kayaknya dia memang nggak straight langsung ke KOMTAR, tapi muter-muter dulu. Nggak heran jika ongkosnya sampai RM 2,70.

Oh ya, saat naik bus Rapid Penang ini jangan harap kita bakal mendengar sang sopir bus berteriak-teriak menyebutkan nama halte atau daerah tempat bus akan berhenti seperti yang jamak kita temui di Indonesia. Kita harus proaktif tanya sama penumpang lain jika memang tak tahu di mana halte tempat kita berhenti. Aku sempat kebablasan ketika naik bus itu karena dengan pedenya, yang dimaksud lewat KOMTAR itu adalah bus masuk ke sebuah terminal bus seperti foto-foto yang kulihat di internet.

Well, ternyata tak semua bus yang menyebutkan KOMTAR sebagai rute yang dilaluinya berarti akan masuk ke dalam terminal. Sebab KOMTAR itu sesungguhnya adalah kompleks area bisnis, mulai dari pertokoan, restoran, perkantoran, dengan terminal bus di dalamnya juga. Dan dari sisi luar KOMTAR, terminal bus itu tak kelihatan. Karena itulah, sekali lagi, tak ada salahnya untuk bertanya atau meminta penumpang di sebelah Anda, atau sopir bus, untuk memberi tahu Anda ketika sudah tiba di tujuan. Aku sendiri kemudian diminta sang sopir untuk menambah RM 1.70 karena kebablasan ini, dan dipersilakan untuk tetap di dalam bus yang akan mengambil rute balik melalui terminal KOMTAR.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 ketika aku sampai di terminal KOMTAR. Perut sudah keroncongan. Aku ingat bahwa aku belum makan dari siang hari sebelumnya. Akhirnya aku mampir ke KFC di kompleks pertokoan di lantai atas terminal KOMTAR ini. Setelah makan, aku mampir membeli kartu perdana DiGi di salah satu counter DiGi yang juga masih di area pertokoan yang sama itu. Asyik akhirnya bisa akses internet.

Akses Internet Gratis

Oh ya, bicara mengenai akses internet, sebenarnya di Penang ini ada akses internet gratis via hotspot bernama “Penang Free Wifi“. Well, memang tidak semua tempat mendapatkan coverage wifi gratis ini. Tapi di beberapa tempat seperti KOMTAR, Esplanade, Fort Cornwellis, sinyal wifi ini cukup bagus. Namun, untuk dapat menggunakan akses internet tersebut kita diwajibkan untuk registrasi terlebih dahulu melalui web Penang Free Wifi (nanti akan di-redirect ke web begitu terhubung ke ke hotspot tersebut). Tenang saja, registrasi tersebut tak dipungut biaya kok.

Check-in Penginapan

Seperti yang sudah kuceritakan di artikel sebelumnya, dalam selama di Penang ini aku stay di hostel Kimberley House. Sebenarnya di aturannya tertulis check-in baru bisa dilakukan pukul 14.00 waktu setempat (1 jam lebih awal daripada WIB). Sedangkan saat itu jam masih menunjukkan pukul 12.30.

Tapi aku nekat saja, toh seandanyai masih belum check-in aku bisa leyeh-leyeh dulu di lobi hostel. Berbekal Google Maps, aku berjalan kaki menuju Kimberley House dari terminal KOMTAR. Jaraknya tidak terlalu jauh, cuma 600 meter saja.

Alhamdulillah, lucky me aku bisa check-in saat itu juga ternyata. Setelah aku menyodorkan print out pemesanan hotel dari Agoda dan paspor, sang resepsionis langsung memverifikasi dataku dan langsung mengantarkanku ke kamar yang dimaksud. Dalam perjalanan ke kamar, aku sempat ditunjukkan beberapa fasilitas gratis yang bisa digunakan oleh tamu hostel, antara lain satu komputer dengan akses internet, TV di ruang utama, alat pijat kaki refleksi, dan kamar mandi luar.

Sekedar mengingatkan saja, di Kimberley House ini aku memesan kamar dengan tipe dormitoryyakni satu ruangan diisi beramai-ramai 6 orang dengan tempat tidur tingkat. Tenang saja, kamar dormitory ini dipisah antara cewek dan cowok kok. Ketika itu aku menjadi orang pertama yang datang. Kupikir aku bakal bebas memilih kasur yang mana saja. Ternyata setelah check-in, aku diberikan nomor kasur beserta kunci loker sesuai dengan nomor tersebut. Enaknya lagi, di atas setiap kasur diberikan lampu tidur dan colokan listrik pribadi. Untuk kamar mandinya, tamu hostel menggunakan fasilitas kamar mandi luar. Jumlahnya ada 5 buah.

Ke Penang Hill

Setelah menaruh barang-barang dan istirahat sejenak di penginapan, saatnya aku lanjut keluar lagi. Tujuanku berikutnya adalah Penang Hill atau yang dikenal juga dengan nama Bukit Bendera. Sebelumnya, aku mampir ke Masjid Al-Jamiul Azzakirin untuk menunaikan sholat Dhuhur dijama’ dengan Ashar. Dari luar lebih tampak seperti musholla sih sebenarnya. Bangunannya berada persis di pinggir jalan Pintal Tali seberang Prangin Mall.

Dari masjid tersebut aku berjalan kaki menuju terminal KOMTAR. Di terminal aku menunggu bus nomor 204 yang akan mengantarkan ke Penang Hill. Ongkos KOMTAR-Penang Hill RM 2.

Perjalanan KOMTAR-Penang Hill ini ternyata cukup lama. Hampir 1 jam aku sepertinya. Makanya aku sempat khawatir jangan-jangan aku kebablasan lagi. Akhirnya aku bertanya kepada pemuda Malaysia yang duduk di sebelahku. “Penang Hill is the last stop,” kata dia. Fiuh… untunglah.

Oh ya, sekitar 10 menit sebelum Penang Hill ini sebenarnya ada place of interest yang cukup populer juga. Kek Lok Si Temple namanya, yang berlokasi di Air Itam. Kabarnya kuil itu adalah kuil Budha terbesar di Asia Tenggara. Tapi entah kenapa aku nggak merasa tertarik untuk ke sana. Mungkin karena tempat tersebut sebenarnya adalah tempat ibadah agama lain, sehingga aku merasa aneh saja untuk masuk ke dalam sana.

Welcome to Bukit Bendera

Welcome to Bukit Bendera

Ok, balik lagi ke Penang Hill. Bus Rapid Penang yang kutumpangi ini ternyata persis berhenti di depan gerbang objek wisata Penang Hill. Lalu aku langsung menuju ke loket penjualan karcis kereta funicular yang akan mengantarkan ke puncak bukit. Tarif karcis untuk foreigner adalah RM 30 pulang-pergi stasiun bbawah-puncak. Sangat mahal sih menurutku. Tapi nggak apa-apalah kalau cuma sekali saja. Andaikan ke sini lagi suatu saat nanti, mungkin bakal nyobain jalur buat jalan kaki. Tapi lumayan juga sih jaraknya kalau dilihat-lihat.

Ada dua kereta funicular yang beroperasi. Dua-duanya jalan bersamaan dengan jalur rute berlawanan. Beberapa saat setelah menurunkan penumpang, kereta langsung jalan lagi menaikkan penumpang. Waktu operasinya sendiri mulai pukul 6.30 sampai 22.00 (hari biasa) atau 23.00 (weekend). Perjalanan kereta dari stasiun bawah ke puncak kurang lebih 10 menit.

Seperti tulisan yang tertera di baliho di Penang Hill, Anda belum dapat dikatakan pernah ke Penang jika belum berkunjung ke Penang Hill. Nggak berlebihan sih menurutku tagline tersebut. Sebab, dari Penang Hill ini pemandangan Pulau Penang dan sekitarnya, khususnya ibukota Georgetown, benar-benar terlihat dengan jelas. Kedua jembatan Penang yang menghubungkan Pulau Penang dengan Malaysia daratan juga terlihat sangat jelas.

You've never been to Penang unless you've been in Penang Hill

You’ve never been to Penang unless you’ve been in Penang Hill

View Jembatan Penang dan kota Georgetown

View Jembatan Penang dan kota Georgetown

Kalau punya waktu lebih recommended pulalah untuk mencoba mengamati view tersebut baik di hari terang maupun di hari gelap. Waktu menjelang maghrib mungkin adalah waktu paling pas untuk ke sana. Sayang aku tak punya kamera yang cukup baik untuk memotret view gemerlap kota di malam hari, jadi aku tak tertarik untuk berada di sana hingga malam hari.

Ada apa saja di Penang Hill ini? Pertama selain menyediakan gardu pandang — tempat untuk melihat view Pulau Penang, disediakan pula teropong yang disewakan RM 1 (aku lupa berapa durasi menit sewanya), di atas Penang Hill ini juga terdapat tempat hiburan seperti owl museum, taman bermain untuk anak-anak, dan cafe & restaurant. Selain itu ada pula kuil tempat ibadah umat Hindu dan masjid kecil. Ada juga beberapa pedagang souvenir di sana. Lapar? Jangan khawatir, di sana ada kedai yang menjual makanan dan minuman ringan.

Kurang lebih 1 jam aku berada di atas Penang Hill ini. Pukul 16.30 aku kembali ke stasiun untuk menumpang kereta turun ke bawah. Oh ya, nggak ada batasan waktu ya berada di atas Penang Hill ini. Kita bisa menumpang kereta turun kapan saja. Yang jelas perhatikan jam terakhir kereta dan bus Rapid Penang beroperasi. Kecuali mau naik taksi untuk balik ke Georgetown.

Ke Batu Ferringhi 

Puas cuci mata di Penang Hill, aku melanjutkan perjalanan lagi ke Batu Ferringhi. Untuk mencapai ke sana, aku balik dulu ke terminal KOMTAR dengan bus 204, lalu ganti dengan bus 101 menuju Batu Ferringhi. Batu Ferringhi ini adalah nama kawasan wisata pantai yang paling populer di Pulau Penang ini. Sebenarnya ada satu kawasan pantai lagi sih yang terkenal, yakni Teluk Bahang. Masih satu garis pantai dengan Batu Ferringhi ini, tapi masih lebih jauh ke barat.

Perjalanan KOMTAR-Batu Ferringhi ini lumayan lama juga ternyata. Hampir sejam kayaknya. Dalam perjalanan menuju Batu Ferringhi ini bus melewati salah satu place of  interest di Penang, yakni Masjid Terapung di Tanjung Bungah. Sayang aku tak sempat mampir ke sana karena memburu waktu.

Aku tiba di Batu Ferringhi menjelang senja, kurang lebih sekitar pukul 18.15. Waktu maghrib di kawasan Penang ini saat itu sekitar pukul 7 malam. Kawasan pantai Batu Ferringhi ini masih ramai ternyata jam segitu. Wahana-wahana permainan air di sana masih beroperasi. Wajar saja, karena jam operasinya sendiri secara resmi tertulis mulai pukul 7 pagi hingga 7 malam.

Aku sendiri datang ke sana cuma melihat-lihat saja, sekedar ingin menikmati sunset dan aktivitas orang-orang di sana. Sempat ada sekelompok orang yang ngajakin main banana boat sih karena mereka lagi kekurangan orang. Tapi sayang aku nggak membawa baju ganti, karena itu aku tak mengiyakan ajakan itu.

Zona-zona permainan air di Batu Ferringhi

Zona-zona permainan air di Batu Ferringhi

Sunset di Batu Ferringhi

Sunset di Batu Ferringhi

Keramaian di Batu Ferringhi menjelang senja

Keramaian di Batu Ferringhi menjelang senja

Menjelang maghrib aku memutuskan untuk kembali ke KOMTAR dengan bus nomor 101.

Makan Malam Nasi Kandar Line Clear

Bus sampai di KOMTAR menjelang pukul 8 malam. Masih ada waktu untuk sholat maghrib, aku pun tak jadi menjama’ takhir sholat Maghrib dengan Isya’. Aku sholat Maghrib di Masjid Al-Jamiul Azzakirin, masjid yang kukunjungi siang sebelumnya. Usai sholat Maghrib, aku masih berada di masjid untuk menunggu datangnya sholat Isya yang kurang 10 menitan.

Nah, seusai sholat Isya’ aku baru lanjut keluar lagi mencari makan. Konon katanya kurang lengkap kalau ke Penang tanpa menikmati nasi kandar. Aku pun memutuskan untuk mencari rumah makan nasi kandar malam itu. Pertanyaannya sekarang di manakah rumah makan nasi kandar yang paling recommended di Georgetown ini.

Aku coba search rekomendasi tempat makan menggunakan aplikasi Gogobot dan Foursquare dari HP androidku. Ternyata rating paling bagus di area dekat posisiku saat itu adalah Nasi Kandar Line Clear. Di Gogobot ratingnya 4.5 dari 5. Sementara di foursquare ratingnya 8.9 dari 10. Tanpa pikir panjang aku pun berjalan kaki menuju sana. Lumayan, jaraknya sekitar 600 meter dari Masjid Al-Jamiul Azzakirin ini.

Nasi Kandar Line Clear

Nasi Kandar Line Clear

Malam itu suasana kedai Line Clear ini lumayan ramai. Pegawai-pegawai yang bekerja di warung ini semuanya berwajah khas India. Semuanya kelihatan sibuk saat itu.

Begitu datang kita akan diambilkan nasi dan disuruh memilih lauk atau sayur dari etalase. Aku memesan nasi kandar dan lauk ayam goreng saat itu. Porsinya sungguh luar biasa. Porsi standar orang India kali ya, hehe. Ayam gorengnya pun berukuran besar. Btw kok bisa beda ya ukuran paha ayam di sana sama di Indonesia sini. Oh ya, satu porsi nasi kandar dengan lauk ayam goreng ini adalah RM 7.5. Detail harga satuan lauk dan nasinya aku nggak ingat. Tapi terpampang di papan harga yang ada di belakang kasir.

Untuk minumannya aku memesan teh tarik pakai es. Harganya RM 1.4. Btw, setiap kali ke Malaysia, teh tarik selalu menjadi favoritku. Tapi es teh tarik di Line Clear ini kayaknya menjadi es teh tarik paling enak yang pernah kurasakan. Aku sampai memesan 2 gelas.

Balik ke Penginapan

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 ketika aku selesai makan nasi kandar Line Clear ini. Alhamdulillah, perut sudah kenyang, rasa kantuk pun mulai menyerang. Selain itu kaki ini rasanya juga sudah letih. Kalau sudah demikian, balik ke penginapan memang solusi yang pas. Apalagi hujan rintik-rintik mulai turun. Tampaknya akan turun hujan deras saat itu.

Aku pulang ke penginapan yang berlokasi di jalan Lebuh Kimberley dengan berjalan kaki melalui jalan Lebuh Chulia. Jalan Lebuh Chulia malam itu lumayan gelap. Ruko-ruko yang berjejeran di sepanjang jalan sudah pada tutup. Tapi aku menyadari ada sesuatu yang ganjil di depan ruko-ruko itu. Tiap selang beberapa ruko ada wanita yang berpakaian agak ‘mengundang’ berdiri di depan ruko itu.

Setiap aku berjalan lewat di depan mereka, wanita itu seperti memanggil aku gitu, tapi aku nggak mendengar secara jelas apa yang mereka katakan. Tampak seperti bahasa Mandarin. Aku sebenarnya juga tak begitu jelas melihat apakah mereka wanita atau bukan (waria). Yang jelas dari gelagatnya mereka tampak seperti semacam P*K gitu. Ngeri, serius! Aku pun langsung mempercepat langkah kaki pulang.

Alhamdulillah, kurang lebih 15 menit kemudian aku akhirnya sampai di penginapan dengan selamat. Aku langsung menuju ke kamar. Oh, ternyata kamar sudah penuh dengan tamu-tamu yang lain. Namun mereka sudah pada tidur saat itu. Heran, ini baru jam 10 malam (di Indonesia sama dengan pukul 21.00 WIB) kok mereka sudah pada pulas tidurnya. Aku sendiri pun akhirnya memutuskan untuk tidur saat itu juga, hehe. Tengah malamnya aku baru tahu kalau mereka ternyata peserta PBIM gara-gara terbangunkan oleh grusak-grusuk mereka yang lagi prepare mau berangkat ke lokasi race tengah malam itu. Oh, pantesan kok mereka tidur cepat, hehe. 😀

11 thoughts on “Solo Backpacking ke Penang (Bagian 2): Keliling dengan Rapid Penang di Hari ke-1

  1. putri

    tulisan yg sangat membantu utk yg solo backpacking.
    saya mau tanya mas mengenai penang hill. kalau jalur buat pejalan kaki dmn ya?? dn kira2 trekking berapa lama?? apakah byk juga wisatawan yg mllui jalur pejalan kaki??
    terimakasih.

    Like

    Reply
    1. otidh Post author

      Kalo ke Penang Hill jangan jalan kaki mbak. Jaaauuuh banget itu. Naik bus aja bisa sampai pulas tidur kok haha. Untungnya Penang Hill itu perhentian terakhir bus itu.

      Kalo di kawasan heritagenya banyak wisatawan yang milih jalan kaki. Jaraknya saling berdekatan soalnya antar tourist attractionnya.

      Like

      Reply
  2. widyaps

    jadi inget, tahun lalu pas ke penang juga kaget karena waktu nyusurin lebuh chulia mau ke hostel malem2 karena udah nggak ada bis, pas banjir pula, ada beberapa PSK di pinggir jalan, yg curiganya sih kayaknya “waria” :D…mereka sempet iseng godain kami pas lewat depan mereka :).

    Like

    Reply
    1. otidh Post author

      Kayaknya sih memang waria bro. Tapi saya nggak berani ngeliat mereka euy, takut dikira tertarik. Mereka manggil-manggil saya biarin aja, jalan kaki terus. 😀

      Like

      Reply

Leave a comment