Ceramah Tarawih Ridwan Kamil di Cisitu

Seorang Ridwan Kamil — walikota Bandung yang baru saja terpilih — mengisi ceramah tarawih mungkin hal yang biasa saja. Masjid Salman ITB selalu rutin mengundang banyak tokoh nasional untuk mengisi tarawih di sana. Nah, kalau mengisinya di sebuah masjid di sebuah perkampungan padat penduduk nan jalannya berupa gang sempit yang hanya selebar dua motor… hmm… rasanya jarang mendengar hal itu terjadi.

Nah, itulah yang terjadi dua hari yang lalu (10/07), tepatnya pada malam hari ke-2 bulan Ramadhan, di Masjid Al-‘Urwatul Wutsqo, Cisitu Lama, Bandung. Usai sholat subuh pengurus DKM mengumumkan bahwa penceramah tarawih malam itu adalah Ridwan Kamil. Rasanya agak sukar dipercaya, seorang walikota datang ke masjid yang terletak di dalam suatu gang perkampungan padat begini.

Ba’da maghrib ketika aku pulang kerja dan mampir ke sebuah warung, antusiasme warga menyambut kedatangan kang Emil (panggilan akrab Ridwan Kamil) dapat kurasakan. Bapak-bapak yang kebetulan berkumpul di warung itu, tengah membicarakan Ridwan Kamil. Anak-anak kecil yang tengah bermain dipelataran masjid pun juga tahu akan kedatangan Ridwan Kamil. “Eh, nanti ada Ridwan Kamil lho di tarawihan,” begitu kata salah satu dari mereka. Masjid Al-‘Urwatul Wutsqo malam itu juga sepertinya penuh sekali. Ada muka-muka baru yang kulihat. Jamaah yang biasanya sholat di masjid lain, sepertinya khusus malam itu menyempatkan untuk mengikuti sholat Isya’ dan tarawih di sini.

Di awal ceramahnya beliau mengutip ayat perintah puasa, yakni Al-Baqarah 183. Lalu beliau juga mengutip beberapa ayat Ar-Rahman, mengingatkan jamaah akan betapa pentingnya untuk selalu bersyukur. Menyambung hal tersebut beliau mencoba mengaitkan bahwasannya tiket kebahagiaan itu tak ada hubungannya dengan jumlah kekayaan. Indonesia, walaupun secara GDP (Gross Domestic Product) masih kalah jauh dari negara-negara maju, tingkat kebahagiaannya atau yang dikenal dengan Happy Planet Index (HPI) pada tahun 2012 berada pada peringkat 12, di atas negara-negara maju. (bisa dilihat di sini: wikipedia)

Sebagai warga kota, tanggung jawab kita untuk menjaga kenyamanan kota. Jika kota tetap seperti itu-itu saja tidak mau berubah mengantisipasi peningkatan jumlah penduduk, bukan tidak mungkin ketika kita baru keluar rumah, kemacetan sudah menunggu di depan. Kota yang nyaman salah satu indikatornya adalah warganya nyaman untuk bepergian ke luar rumah, tidak kena copet dan tidak takut kena macet.

Selanjutnya beliau menyinggung beberapa program beliau saat menjabat walikota. Pertama, Masjid-Net. Yakni, memasang wifi atau spot-spot internet di masjid-masjid. Ide di balik gagasan ini adalah untuk mengajak generasi muda yang saat ini haus akan informasi dan gemar mengakses internet untuk mengunjungi masjid. Daripada nongkrong-nongkrong tidak jelas dan tidak bermanfaat, dengan adanya akses internet di masjid ini akan menarik bagi mereka untuk ke masjid. Program itu selaras dengan keinginan beliau untuk memanfaatkan menara masjid sebagai menara untuk pemancar seluler juga. Hal ini dilakukan untuk menyiasati kebutuhan akan lahan untuk memasang menara seluler di kota Bandung. Beliau mengatakan bahwa beliau telah berkomunikasi dengan ketua umum MUI Bandung, bapak K.H. Miftah Farid terkait hal ini.

Program kedua adalah 1 kampung 1 taman bermain (aku tak ingat dengan pasti apakah beliau menyebut 1 RW atau 1 kampung). Idenya adalah dewasa ini anak-anak kita, terutama di pemukiman yang padat penduduk, sedikit sekali yang memiliki area lapang untuk bermain. Idealnya memang satu kampung memiliki satu area terbuka. Oleh karena itu, beliau akan meminta setiap kampung yang belum punya area terbuka tersebut untuk mengajukan kepada pemkot dan akan dibantu oleh pemkot untuk membebaskan lahannya. Range luas lahan itu sekitar 100-200 meter persegi. Sejauh ini sudah ada dua area lahan yang dibebaskan, salah satunya ada di Kopo.

Sesi bincang-bincang warga dengan Ridwan Kamil

Sesi bincang-bincang warga dengan Ridwan Kamil

Program ketiga adalah anggaran 100 juta/RW/tahun. Untuk mendapatkan ‘jatah’ ini setiap RW perlu mengajukan proposal akan digunakan apa saja anggaran 100 juta itu. Terkait dengan program ini, di akhir pelaksanaan sholat Tarawih dan Witir Kang Emil mengadakan sesi bincang-bincang khusus untuk berinteraksi dengan warga sekitar setengah jam. Nah, di sesi tersebut itulah muncullah saran atau ide-ide kegiatan atau pengadaan fasilitas untuk memanfaatkan uang 100 juta itu. Dari ceramah dan sesi bicang-bincang itu, beliau menekankan harapannya agar warga Bandung dapat menjadi masyarakat madani, yakni masyarakat yang mampu menemukan solusi untuk permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Anyway, aku sangat antusias dengan acara seperti ini. Seorang pemimpin mendatangi warganya untuk secara langsung menyampaikan program-programnya sekaligus mendengarkan masukan-masukan dari warganya. Aku tak melihat adanya pencitraan di sini. Dari dulu sejak beliau belum menjadi walikota, sudah banyak kontribusi konkret yang beliau berikan untuk Kota Bandung ini pada khususnya. Semoga ini menjadi awal yang baik sebelum beliau resmi menjabat sebagai walikota per tanggal 16 September nanti. Semoga beliau tetap istiqomah dan amanah ketika menjalankan tugasnya. 🙂

1 thought on “Ceramah Tarawih Ridwan Kamil di Cisitu

Leave a comment