Sedikit Cerita Tentang Sholat Berjamaah

Aku punya cerita tentang anak kecil di dekat kosanku. Kira-kira umurnya belum ada 5 tahun.  Aku tertarik untuk menceritakan tentang anak kecil ini karena menurutku dia dapat dijadikan contoh bagi kita semua yang sudah dewasa.

Aku sendiri sebenarnya tidak terlalu mengenal dekat dengan anak itu. Aku hanya bertemu dengan anak itu ketika melaksanakan sholat berjamaah di Musholla yang kebetulan terletak di di belakang kontrakanku. Sudah ada beberapa masjid atau musholla yang pernah kukunjungi untuk sholat berjamaah di daerah cisitu, tetapi aku jarang melihat di masjid atau musholla tersebut anak-anak remaja atau pemuda asli daerah tersebut yang ikut sholat berjamaah. Malah yang paling parah, walaupun sudah terdengar adzan tetapi masih nongkrong-nongkrong di jalan gang. Kalau anak-anak kecil yang sholat memang banyak. Di masjid atau musholla tersebut rata-rata memang ada TPQ-nya.

Tetapi di tempat baruku ini aku bertemu seorang anak kecil yang cukup rajin sholat berjamaah di musholla dekat kontrakanku itu. Hampir setiap waktu sholat berjamaah dia ikut. Nah, yang membuat aku kagum kepada anak tersebut yaitu aku sering bertemu anak itu ikut sholat subuh.

Dia jalan sendirian di jalan-jalan kecil di dalam gang di tengah suasana yang agak gelap dan dingin. Padahal banyak orang dewasa yang mungkin pada saat jam segitu masih berada di balik selimut. Dia sendiri dari yang aku amati anaknya sangat anteng (dalam bahasa Jawa artinya tenang, ora kakean polah). Biasanya anak kecil waktu sholat mengikuti apa yang dibaca imam keras-keras atau lari-lari sendiri. Tapi dia tidak seperti itu.

Melihat itu, aku jadi bergumam dalam diriku, “Ah, masak kita kalah sama anak kecil…”. Aku jadi teringat pada suatu sabda Rasulullah: “Seandainya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam shalat al ‘Atamah (‘Isya’) dan Shubuh, niscaya mereka mendatangi keduanya walaupun dengan merangkak.” (HR. Asy Syaikhan dari Abu Hurairah)

Ya, Shalat berjamaah itu memang sangat tinggi keutamaannya. Sholat sunnah sebelum Shubuh itu pahalanya adalah dunia dan seisinya (bayangkan!). Sungguh rugi sekali jika kita melewatkannya. Pesan orang tuaku ketika mereka melepasku untuk kuliah di Bandung ini cuma satu, jaga sholat, jangan tinggalkan sholat berjamaah di masjid, tepat waktu, dan laksanakan sholat sunnah rawatib dan tahajjud. Intinya cuma sholat.

Aku ada cerita lagi tentang dosenku. Nama beliau adalah Afwarman Manaf atau biasa dipanggil Pak Awang. Beliau mengajar kuliah Jaringan Komputer (Jarkom) semester 5 ini. Penampilan beliau sangat Islami. Awal semester ini jadwal kuliah jarkom sebenarnya adalah Selasa pukul 11.00-13.00 dan Rabu pukul 9.00-10.00. Beliau meminta kami mengganti jadwal kuliah hari Selasa jam 11 itu ke jadwal lain. “Jam ini nggak baik buat saya… buat kalian juga.” itu kata kata yang kuingat dari beliau. Aku berpikir mungkin Pak Awang ada jadwal mengajar atau acar lain jam segitu. Sekitar pukul 11.45 di tengah-tengah kuliah Pak Awang meminta izin untuk keluar dulu karena ada urusan. Lama sekali kami menunggu. Sekitar setengah jam kemudian bapaknya kembali lagi. Setelah mendegar-dengar dari cerita teman-teman dan kakak angkatan, ternyata Pak Awang memang nggak suka mengajar di jam-jam yang memotong waktu awal sholat seperti jam 12 siang atau jam 3 sore. Subhanallah… Jadi Pak Awang saat itu meninggalkan kami karena ada “urusan” dengan qjji (sholat). Beliau sholat Dhuhur berjamaah di Masjid Salman ITB. Akhirnya jadwal kuliah diganti Senin jam 7 pagi. Seandainya jadwal kuliah “aturan” seperti itu, sungguh bagus sekali bagi mahasiswa muslim dapat melaksanakan sholat berjamaah di Masjid, di awal waktu lagi. Amin, mudah-mudahan terjadi.

5 thoughts on “Sedikit Cerita Tentang Sholat Berjamaah

  1. yhougam

    Subhanallah syaikh, harusnya masjid-masjid itu saat Shalat Jum’at dan sholat 5 waktu jumlah jamaahnya sama banyaknya.. Alhamdulillah jika kita telah diberi hidayah untuk melaksanakannya, mari kita sebarkan semangat tersebut lewat blog ini.. ^^

    Like

    Reply

Leave a comment